Kamis, 27 Desember 2012

rindu hadirmu

aku kembali lagi dalam kebahagian yang telah ku tunda
malam ini hadir kembali seperti malam-malam sebelumnya
namun entahlah aku masih begitu ragu
ragu untuk mengucapkan kata bahagia tersebut
takut untuk kembali dalam kesedihan yang selalu hadir diakhir
senyum manismu itu selalu mengembang dimana aku butuhku
hadir dalam setiap kesendirian
dalam kesepian yang selalu menjalar dalam malam-malamku
malam yang tak biasa
malam  yang selalu hampa tanpa hadirmu
namun kini kamu datang memberikan sedikit harapan
untuk menenangkan aku dimalam yang panjang ini
karena aku tahu
rinduku hanya ada untukmu
untuk orang-orang yang kusayang

Kamis, 13 Desember 2012

Sebuah Kenangan Tentang Kesunyian

Malam begitu indah dikaki gunung Slamet
Pancaran sinar rembulan yang tak terhalang oleh polusi cahaya
Sinaran rembulan merasuk masuk kedalam kamar melalui genteng kaca dikamar ini
Cahaya emasnya begitu elok diantara pekatnya malam
Kebisingan kota yang biasa ku dengarkan ketika malam datang lenyap sudah
Hanya ada nyanyia sang hewan malam yang terdengar
Jangkrik dan sang kodok yang memanggil hujan
Ku intip dari jendela kamar ini
Masih terhampar pagi yang semakin merona terkena sinar rembulan
Menguning keemasan
Sang kunang-kunangpun menari dengan lincahnya diatas permadani padi
Gemercik air dari pematang sawah memberikan ketenangan
Malam belum terlalu larut
Namun hilir mudik tak seramai kota yang selalu ku jadikan tumpuan
Kota pelajar
Yang selalu ramai dan tak kenal lelah
Sepi , mustahil bisa didapatkan dikota ini
Namun di kaki gunung Slamet ini
Aku masih bisa menemukan kesunyian
Yang telah lama ku cari
Sungai Serayu yang mengalir ini yang akan menjadi saksi bisu
Saksi bahwa aku mendapatkan sebuah hal yang ku cari
Kesunyian yang telah menghilang

Rabu, 12 Desember 2012

Bagian 4

Rasa penasaranku semakin hari semakin memuncak, hanya surat-surat dari Andre yang selalu ku temukan. Entahlah , itu disengaja atau tidak sama suamiku tapi setiap sabtu selalu saja aku mendapati tulisan tangan Andre yang selalu keliatan mesra kepada suamiku.

Minggu Pertama Desember 2012

Dear Adityaku
 Makasih buat yang kamu berikan sejenak dikos hari ini, aku begitu menikmati apa yang kamu berikan kepadaku hari ini. Hati ini terasa damai jika aku berada dipelukanmu.Walaupun aku tau aku telah terlalu jauh mencampuri kehidupanmu kembali tapi aku tak akan mencerita apa yang telah kamu berikan kepadaku hari ini. Aku tersenyum bahagia ketika kamu kembali mengecup keningku.

Salam hangat
 Andre
 Pikirankupun kemana-mana , melayang keantah berantah tentang apa yang mereka lakukan berdua. " Ah, sudahlah ", ucapku dalam hati. Akupun melanjutkan kegiatanku seperti biasa.

Kamis, 06 Desember 2012

Bagian 3 b

Seperti biasa setelah sarapan selesai aku menghantar anakku, Rafael ke taman kanak-kanak begitu juga dengan Rena, aku bawa untuk menghantarkan dia ke playgroup. Tepat jam 9 pagi aku sudah sampai dirumah.

Saat-saatku bersih-bersih kamar dan akan mencuci baju suamiku, aku menemukan sepucuk kertas disaku kemeja Aditya.


Dear : Aditya
  Aditya sahabatku terima kasih atas semua yang engkau berikan kepadaku, semoga esuk   kamu bisa memberikannya lagi untukku. Seperti dahulu saat kita belum menikah.
 Salam hangat, 
 Andre 

Bagai disambar petir disiang hari yang cerah tanpa adanya rombongan awan coloumbus. Hati ini sakit, perih dan air mata mulai merembes dikedua mataku. Aku harus tenang menghadapi semua ini 

Selasa, 04 Desember 2012

Bagian 3 a

Keluargaku

Anakku yang pertama berusia 5 tahun, Rafael. Begitu energik dan penuh canda tawa bertolak belakang dengan sang ayahnya yang selalu diam membisu, Rena anakku yang kedua berusia 2 tahun. Entahlah, jika semua ini terpaksa paksi tak akan terjadi semua ini, anak-anak ini adalah bukti kisah kasihku dengan Aditya. Mana ada yang nolak jika kucing dikasih ikan asin, g ada kan? Pergumulanku juga ku lakukan dengan kesadaran walau  tak bisa menikmati seperti pasangan yang lain. Aditya selalu melakukannya dengan cepat dan tanpa banyak berkata-kata ataupun merayuku sedikitpun. Diam seolah dia bercumbu dengan patung-patung pajangan ditoko busana.

" Mas Aditya kenapa dari tadi diam? Tidak makan dulu?", cercaku sebelum dia meninggalkan ruang makan.
" Tidak. Nanti makan dikantor aja, aku buru-buru. "

Bukankah ini hari sabtu, tak seperti biasanya Aditya buru-buru pergi kekantor. Minggu-minggu lalu dia jarang sekal;i terburu-buru setiap sabtu.Aku merasa janggal akan sekapnya ini.