Menurut keluarga Allung aku ini kurang rasa kasih sayang tapi itu menurut mereka, menurt aku sendiri aku tidak kekurangan apapun walau aku tahu aku terlahir dari keluarga broken home tapi kau tak sehina mereka yang dengan mudah menghancurkan rasa yang telah aku buat dengan susah payah selama 3 Tahun lebih . . .
Bukannya aku menyesali apa yag mereka perbuat kepadaku atau apa yang telah mereka lakukan pada ku, semua hanya berawal dari masalah uang yang tidak begitu besar bagiku.
Menurutku memang tidak begitu besar dan banyak tapi bagi orang lain yang mungkin bukan seperti aku itu nominal yang lumayan besar. Maaf aku tidak dapat menyebutkan nominalnya, tapi sekali lagi bagiku itu hanya jumlah yang sedikit.
Sebetulnya bagiku uang bukan segala dalam kehidupanku, tapi karna aku telah disakiti dan aku belum bisa memberi mereka maaf. Bukan menagih atau apalah namanya aku datang kerumah lagi seperti biasa. Yang aku inginkan hanyalah sebuah jawaban, kenapa memang aku seperti orang lain ?
Apakah kebersamaan ku dalam keluar mereka selama lebih dari 12 bulan belum cukup ?
Apakah selama ini aku merepotkan mereka ?
Apa yang kurang dari ku ?
Apakah aku terlalu boros uang dalam pandangan mereka sehingga mereka dengan sengaja memanfaatkan aku ? Aku tidak pernah merasa dimanfaatkan atau memanfaatkan. Aku selalu jalani hidup ini sesuai dengan keadaan ku, dimana aku ada uang ya aku pergunakan dengan wajar dan semestinya, perasaan aku selalu berbagi kepada semua tak ketinggalan juga dengan keluarga Allung. Walau terkadang aku harus mengalah dengan menyisihkan uang hasil jerih payahku untuk mereka tapi apa yang mereka balas ? Mencampakan, memandang aku sebagi sampah masyarakat dan lain sebagainya . . .
Padahal selama aku disana aku tidak pernah meminta dalam bentuk materi kepada mereka, yang aku minta hanyalah hargai aku dan berikanlah kasih sayang kepada ku. Karena aku telah sangat lama tidak mendapatkan sentuhan kasih sayang dari seorang Ayah . . .
Hanya itu yang aku minta sebelumnya aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Yang kurasakan hanya kasih sayang Ibu dan Kakak laki-laki yang ku tahu dia juga mulai sibuk dengan keluarga barunya. Hingga aku meninggalkan keluargaku untuk mendapatkan kasih yang lain dan aku harus rela berkorban serta meninggalkan kebiasaan burukku dan mulai mencari pekerjaan yang baru untuk biaya hidup.
Tapi ternyata aku keliru untuk semua ini, aku salah memilih tempat yang tepat. Aku hanya dimanfaatkan. Banyak dari teman-teman Allung yang bilang begitu dan tidakjuga teman-teman broadcast tempatku bernaung untuk mencari sesuap nasi untuk hidupku.
Kekecewaan ku mulai berlanjut lebih dalam lagi ketika aku tahu bahwa usaha konter yang pertama kali dalam perjanjian adalah usaha bersama menjadi usaha pribadi dari Allung dan keluarga. Bukannya aku menyesal tapi usahaku tidak mendapatkan harga dari mereka.
Sebelum masalah itu muncul aku merasa baik-baik saj dengan meninggalkan pekerjaan ku sebagi seorang Penyiar radio swasta yang mempunya jaringan dalam 3 Kota dan bahkan dapat diakses diseluruh dunia dengan live streaming serta pekerjaan sebagai seorang call center on line sebuah perusahaan telekomunikasi dan pekerjaan ku di klub serta disebuah konter yang ada di seputaran Jalan Affandi Jogjakarta.
Masalah itu muncul karena aku pada saat itu tanggal 11 Desember 2008 sampai tanggal 16 Desember 2008 harus terbang ke Australia untuk Ujian Standar Internasional dari Universitas tempatku menimba ilmu kesehatan. Memang universitas ku tidak terkenal tapi juga tidak kalah dengan universitas yang ada di Jogja.
Masalah yang pertama muncul pada tanggal 8 Desember 2008 ketika mereka menanyakan tentang berapa besar uang yang akan ku gunakan pada keberangkatan ku tersebut. Padahal, aku juga tidak akan meminta sepersenpun dari mereka karena kebetulan aku juga ada tuga di Australia selam 5 hari kerja, tapi mengapa mereka menanyakan hal ini ? Aku tidak mengerti dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat, aku hanya bisa menjawab sekenanya dan karna ini masalah pribadi aku tidak ingin mereka mencampuriku. Jika, mereka merasa mengeluarkan uang aku rasa tidak maslah tapi mereka tidak mengeluarkan sepersenpun dalam jumlah tagian biaya perincian keberangkatanku, pikirku buat apa aku harus memberikan kepada mereka. Bukannya itu semua hak aku untuk menjaga privasiku sendiri.
Tanggal 9 Desember 2008
Masalah kedua muncul lagi. kali ini perseturuan aku dengan Kakak Aang Gunawan, yang tidak lain dan bukan adalah kakak dari Allung Gunawan. Perseteruan ini terjadi ketika aku meminta izin untuk meninggalkan konter dalam 5 hari, tapi apa yang aku dapatkan ? Caci maki dan lain sebangsanya keluar dari mulut kakak yang sebetulnya pernah aku kagumi ini karena tutur katanya yang sangat dewasa tapi setelah aku mengetahui secara keseluran tentang dirinya hanylah sandiwara yang aku dapatkan.
Tanggal 10 Desember 2008
Perseteruanku dengan allung yang muali memuncak hanya karna masalah salah paham yang terjadi antara aku, Erni dalam posisi ini dia pacar Allung. Salah paham ini terjadi ketika aku sedanng menginstal ulang notebook yang baru satu bulan Erni beli, maklum kerjaan aku bermacam-macam. Maslah ini muncul ketika erni memberikan pada ku untuk di instal ulang tapi tanpa bicara dulu kepada Allung. salahkah aku jika yang mulai pertama itu Erni ? Apakah aku salah jika membatunya ? Pertanyaan itu yang sellu menghantui aku sampai sekarang. Beribu pertanyaan aku ajukan sebelum perseteruan ini terjadi. Walau sebelumnya aku mengelak apakah yang memiliki notebook dengan merek yang sama itu yang dia seorang ? Dengan ego yang tinggi dan amarah Allung, aku hanya memilih diam seribu bahasa sampai dengan keadaan lumayan membaik menurutku. Kepergiankupun tanpa pamit kesemua orang.
Tanggal 11 Desember 2008 - 26 Desember 2008
Aku mendapatkan info tentang keadaan mereka melalu tante Nina yang memang peduli dengan keadaanku dan serta kakak Aang Gunawan dan Allung Gunawan, yang bermotif pertama kali adalah jatuh cinnta dengan kakak Aang. tapi tidak tahu kenapa semakin intens tante sms dengan ku semakin berbeda pula rasa yang dulu dia rasakan. Tapi jika tante bener-benar jatuh hati sama aku, banyak orang yang bilang kalau aku seorang odiuskomlek dan mungkin tante seorang pedofilia. Itu pertama yang aku tahu dan rasakan dalam perubahan sikap pada dirinya. Tapi kenyataan berkata lain dan aku harus mengakuinya bahwa aku justru tertarik dengan seorang yang bernama Wedha. dalam kasus ini dia tidak ada sangkut pahutnya dengan maslah ini tapi dia yang bisa menghibur saat aku membutuhkan hiburan walau tidak secara langsung. Yach, begitulah kehidupan . . . disatu sisi mendapatkan musibah dan cobaan tapi disisi lain juga mendapatkan hikmah yang sangat besar.
Tangga 27 Desember 2008
Bertepatan dengan hari Ulang tahun Arya dewantara dan yang menjadi pacar cowok pertamaku yang paling good looking dan menyenangkan karena lumayan tajir, bukan karena dia anak seorang rektor fakultas ekonomi yang lumayan terkenal buka juga dari keluarga ningrat tapi aku dan dia sudah terlanjur jatuh hati dengan sikap yang sama-sama mau. Lumayan yang pertama karena dia seorang pemain sepak bola. hubungan ku sebetulnya dengan dia lumayan lama yaitu sejak dari SMP. Pertama kali kenal karena kita sama-sama sering terlambat dan yang pasti sering membuat ulah itu yang membuat kita sama-sama terkenal sejak SMP. Pisah sekolah waktu SMA tapi kita tetap berhubungan walau kita jalan sendiri-sendiri sampai akhirnya tahun ini aku bisa balikan lagi sama dia, yang awalnya aku rasakan mustahil tapi ternyata dari yang mustahil bisa menjadi kenyataan dan sebaliknya. Bukan begitu yang diajarkan dalam psikologi sosial ? Itupun kalau tidak salah lho ? Semua berjalan lancar sesuai dengan apa yang aku rencanakan hingga empat hari berikutnya.
Tanggal 31 Desember 2008
Hari terakhir untuk menutup semua kenangan kelabuku dengan Allung Gunawan dan keluarga. Tapi kenyataan semua meleset dari perkiraan ku. Semua gagl total, tidak ada perubahan. Bukannya semakin membaik malah semakin memburuk.
Tapi kisah ini akan terus berlanjut.
Tunggu kelanjutannya . . .