Rabu, 16 Maret 2011

Rindu Purnama

Senandung lembayung jingga sore itu
meninggalkan sejuta makna
diantara kebersamaan
canda tawa
kasih sayang
memberikan sebuah semangat baru
ketikan semua akan usai
tapi ku tak ingin usai
senandung purnama yang mulai bersinar
menyisihkan kelam kepada malam
sinaran nan indah menyapu kalbu
kerinduan akan sebuah kejujuran cinta
cinta sang purnama yang penuh keraguan
hingga tak terasa
fajar pun menyingsing
mengusir sang purnama
kedalam peraduannya
yang membuatku semakin bertanya
akan kasih yang diberikan untukku
dalam menemaniku malam-malam itu
oh purnamaku
akankah ku dapat menunggumu
ataupun sebaliknya
tetes air matapun mengalir
demi kamu
kebimbangan datang kembali
ketika ku tatap semua telah berlalu
hanya aku sendiri disini
mendengar teriakan ombak yang bekerjaan
dan siulan angin
yang membuatku menyiut
membekukan keberanianku
hingga aku tersungkur
diatas pasir yang bergoyang
dan gelap sudah pandangan ini
yang kulihat hanya seberkas sinar
yang menjemputku
untuk menemanimu
dimalam-malam yang dingin

Gamping, 160311

Minggu, 13 Maret 2011

Sebuah penghianatan

Sebuah asa yang kembali tercabik
Kembali terpuruk oleh kelakuan
Sebuah penghianatan dalam deru seorang kawan
Dalam sebuah kemunafikan
Yang terbungkus dalam kata-kata islamiah
Dalam ucapan-ucapan yang mengatas namakan Tuhan
Mengatas namakan sebuah persabatan
Kini aku sudah tak percaya lagi
Kini semua telah luntur oleh setitik perbuatanmu
Oleh sebuah kesalahan
Oleh sebuah ketepatan waktumu
Tuhan maha tahu
Dan jika tak berubah
Maka kamupun tak akan berubah menjadi baik . . .

Kesepian Jiwa

Hening yang terjadi
Diantara keramain orang-orang yang bersenda gurau
Rasa yang mulai terbayarkan
Dengan tetes-tetes air yang menumpuk ditepian
Bola-bola mata
Tatapan layu itu
Membawaku melayang jauh
Kembali teringat saat itu
Saat-saat yang penuh makna
Untuk awal yang tak berakhir
Untuk semua rasa yang pernah ada
Senda gurau yang kini telah lenyap
Bersama dengan kesepian yang merengguh jiwaku
Pusing akan semua . . .
Namun ku harus bangkit
Melawan kesepian dalam jiwa
Yang mulai meronta
Membangkitkan semangat

Tentang aku

Rinai hujan yang menenangkan
Rinai hujan yang menyejukkan
Dalam sebuah cerita yang dulu pernah usai
Kini terukir kembali
Mengingatkan akan sebuah cerita
Yang dulu belum usai
Kini tersambung kembali
Setelah hampir 1 tahun tak kabar
Kini muncul kembali
Menyibakkan keheningan kalbu
Menyalakan asa yang terpendam
Namun ku tahu semua
Tak ada yang akan terulang
Sama seperti dahulu
Namun aku kan merubah menjadi lebih baik lagi
Dan tak akan mengecewakan banyak orang
Aku telah belajar dari kesalahanku yang lalu

Sabtu, 12 Maret 2011

pemikat-pemikat pantai

Deburan ombak terdengar semakin mengeras
Daerah-daerah pesisir mulai gelap
Ditinggal pergi oleh surya
Nyala lampu-lampu minyak itu
Membawa
Semerbak harum parfun
Rayuan-rayuan penuh hasrat
Pakaian-pakaian mini
Menggugah napsu yang tertidur
Membangkitkan untuk segera
Dipuaskan oleh
Lekukan-lekukan dan erangan-erangan
Gejolak ranjang yang menuntut kepuasan
Gejolak hasrat yang tak terbendung
Sebagian gairah muda
Sebagian gairah pejantan
Gairah kewajaran untuk lelaki
Tak aneh
Jika ada pemuas-pemuas napsu itu

pemuas napsu

Entalah telah berapa lama
Tak berbuat melampiskan hasrat
Telah terbendung dalam kantung-kantung
Yang mulai penuh
Birahi-birahi yang memuncak
Menginginkan pelepasan
Untuk memuntahkan semua isi
Untuk melemaskan otot-otot yang mengeras
Melemaskan pikiran-pikiran yang mesum
Walau hanya sedikit hampar
Namun tak ingin sendiri
Mencari pemuas napsu yang haus
Akan muntahan-muntahan dari kantong-kantong yang penuh
Berbau anyir dan sedikit lengket
Tetes-tetes yang dapat melemaskan
Serta memuaskan gejolak birahi . . .

Lembaran-lembaran usang

Kisah kasih itu tertulis
Dalam lembar-lembar kertas
Yang kini mulai pudar
Termakan usia
Namun kisah yang telah terlukiskan
Masih terlihat dengan jelas
Belum terpudarkan oleh sang waktu
Walau media telah mulai berpudar
Namun kisah itu masih indah untuk dikenang
Saksi-saksi bisu tetap bertahan
Tanpa suara
Tanpa cerita
Hanya jejak-jejak yang mulai pudar
Hilang termakan waktu
Tergerus cuaca
Namun dalam benak selalu ada
Seburuk apapun kisah itu
Akan selalu ada
Akan selalu teringat
Hingga nafas kita yang terakhi

Bara kasih yang terenggut

Terlalu dekat
Berhimpitan
Tiada hari tanpa suaranya
Saat itu
Namun saat ini
Kesendirian
Tanpa teman yang ada
Hanya ada celah-celah hati yang retak
Hanya ada sisa-sisa bara yang mulai padam
Menghilang hangatnya
Dalam sapuan angin malam
Dalam tetesan air yang memadamkan
Namun kesedihan dan kepatah asaanku
Tak membuatku terpuruk
Tak membuatku tergoyah
Hanya sedikit asa yang kini mulai ada
Membangkitkan gairah yang telah padam
Untuk menghangatkan dan memberikan kasih sayang
Yang sama seperti dulu
Tak berbeda

Perlahan tapi pasti

semua telah berjalan
berganti detik demi detik
mulai terkikis oleh pengganti yang baru
walau semua masih belum pasti tapi
ku rasa ia lebih baik
walau tak akan sama manja seperti
namun tatapan mata dan candamu
tak akan sama
cintaku padamu tak akan berubah
walau kau telah menganggapku tak ada
dan aku telah memilih yang lain
tapi ku yakin suatu saat akan sadar
akan hadirku dan ketulusanku
walau kini
secara perlahan namun pasti
relung-relung hati dan pikiranku
mulai terisi yang lain
namun relung mu tetap ada

Untukmu adheku

Rinai ujan membasahi kembali bumi pagi ini
Yang bisa mentari cerah menemani ku dipagi-pagi
Namun sepertinya dunia mengerti akan semua keadaanku
Yang ditinggal oleh orang yang ku sayang
Namun kini ku sadari semua
Bahwa tak akan ada air mata lagi
Adhe selamat tinggal

tentang kenangan

Hujan ini menemaniku
Dua hari telah berlalu
Hari yang membuatku bersedih
Disaat-saat terakhir bersamamu
Melihat senyum
Mendengar suaramu
Walau kamu mungkin kini akan jauh
Jauh meninggalkanku
Mengingkari semua janji-janji bersama
Tapi mungkin ini adalah jalanku
Untuk tetap selalu sendiri
Dalam hari-hariku
Terima kasih adheku sayang
Terima kasih atas semua
Agar semua tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan dan aku tak akan kembali disini

relung-relung

derai hujan membasahi bumi
memberikan ketentraman kepada setiap insan
diantara kegalauan yang tak terbendung
terukir sebuah nama
yang indah dalam sebuah relung hati
relung yang tak pernah terlihat oleh mata telanjang
kini dalam derai hujan ku bermain
tuk melupakan semua yang telah teringat
menungankan segala amarah
menenangkan hati yang bergemuruh
satu persatu hati memang telah berganti
namun relung-relung hatiku
tak akan mencampur adukan rasa itu
dari setiap insan yang berbeda
namun semua tak akan sama . .

Ini jalan terakhirku untuk melihatmu

Ku susuri semua jalan-jalan
Ku susuri rasa penasaranku
Akan semua yang ada
Apa yang menjadikanmu
Apa yang menjadikanku
Terpisah
Canda tawamu yang kini tak kudapatkan kembali
Membulatkan tekat untuk menemuimu
Untuk membunuh rasa kasih yang dulu pernah ada
Walau aku harus hilang ingatan sekaligus
Aku tak masalah
Manjamu tak akan pernah terhapus dalam ingatanku
Semua tentang kamu
Dan kini ku tahu semua
Bahwa aku bukan yang terbaik
Jalan itu yang kutempuh
Walau kamu telah melarang
Tapi rasa sayangku . . .

Kisah penutup

Kisah ini adalah yang terakhir
Untuk menutup kisah-kisah perjalanku
Kisah roman ku di Bandung
Yang dulu tak terselesaikan
Dan kini
Semua telah selesai
Tak ada yang tertinggal
Hanya terkisah sebuah rasa sedih
Sebuah kisah bahagia untuk penutup
Terima kasih sobat
Terima kasih untuk semua waktumu . . .