Selasa, 30 April 2013

Bimbang Hati


Hadirmu selalu memberikan rasa yang berbeda, Memberikan rasa yang beragam, lain hari lain lagi yang kamu berikan. Namun satu ke khasanmu yang tak pernah lupa dari ingatanku adalah senyummu yang selalu menawan, selalu melekan dalam ingatanku. Entah sampai kapan.

Hari ini kembali menawan, walau aku tak yakin kamu telah mandi atau belum tapi senyummu tak berubah dari dulu, masih sama seperti dalam ingatanku waktu pertama kali kita bertegur sapa. Senyummu itu yang membuatku jatuh kepadamu walau aku tau ini semua bukan jalan yang lurus, bukan jalan yang kebanyak orang lalui namun kamu selalu saja mengganggu pikiranku. Tak tau kenapa aku selalu bingung dengan rasa yang ada dihatiku ini, rasa tentang kamu. 

Ah, tubuhmu dan wangi tubuhmu itu tak bisa ku lupakan, permainanmu saat itu tak bisa lepas dari ingatanku. Walau penuh paksaan tapi aku menikmatinya, aku menyukaimu dari segalahal. Seutuhnya ingin ku miliki jiwa ragamu, tapi semua berkata berbeda saat kamu memutuskan untuk membenciku. Aku terima dengan semua konsekuensinya, aku terima semua keputusanmu saat itu. Hingga aku menemukan dia yang lain, yang mampu mengisi relung-relung hati ini yang telah kau sakiti.

Hingga hadirnya dia kusadari. Ketulusan dan kelembutan hatinya telah meluluhkan aku, sikapnya yang selalu memotivasiku untuk melupakanmu. Dalam kekalutan jiwa ini, dia datang memberikan kasih sayang dan perhatiannya yang belum kutemukan dalam dirimu hingga saat ini. Aku tak membandingkan tapi kenyataan inilah yang berbicara dan menggambarkan secara nyata. 

Setelah pikiranku berusaha melupakanmu dan semua berjalan dengan mulus seperti jalan tol yang bebas hambatan, tibalah saat jenuh itu juga. Saat dimana waktu yang memisahkan selama hampir 30 hari. Diwaktu yang tak sebentar itu kamu kembali hadir dalam bentuk lain. Kembali menghantui pikiranku. Hatiku kembali berkecambuk, berkecambuk untuk memisahkan rasa yang kamu berikan agar aku tak kembali jatuh. 

Saat itu aku dapat menikmati rasa rindu yang sesungguhnya. Rindu ingin cepat menikmati malam berdua dengannya bukan denganmu. Walau kadang kamu memancingku dengan segala daya dan usaha namun aku dapat menahan rasa hingga dia kembali kedalam pelukanku. Dan waktupun menjawab bahwa kamu bukan yang terbaik untukku saat ini. Dia yang selalu memberikanku perhatian setiap hari selalu menggoyahkan mentalku agar aku selalu bertekuk lutut kepada dia bukan kepadamu. Masa laluku yang hanya sesaat.

PhantomGameCenter Yogyakarta, 30 April 2013 09:48:48am

Senin, 29 April 2013

Aku tak mau kamu selingkuh

Aku tak mau kamu selingkuh. Selalu saja kamu buang muka dihadapanku, kenapa dan apa salahku? Bukankah kita pernah menjalinnya menjadi satu benang yang terurai itu menjadi sebuah sapu tangan dan bukankah kita telah saling merasakan? Selalu saja aku yang dipermasalahkan. Apakah hanya karena rumor itu kita tak saling menyapa? Cinta bukan hanya nafsu belaka bukan, itu kata-katamu sendiri. Jangan kau ingkari. Karena selama ini aku takmengerti apa yang menjadi jalan pikiranmu, aku hanya diam, mencoba menerka-nerka apa yang bisa ku lakukan agar kita saling menyapa lagi. Namun badai diluar sana telah membutakan mata hatimu. Bahkan kamu menjadi lebih sombong dari apa yang aku perkirakan. Aku tahu rasa sakit hati itu tak mudah ditelaah dan tak mudah dihilangkan. Namun, karena aku semakin tak paham akan jalan pikiranmu. Aku memilih dia yang lain dengan pertimbangan karena dia dapat mengisi kehampaan lubuk hatiku ini, maafkan aku jika aku memilih dia bukan kamu. Aku memilih dia karena aku nyaman bersamanya, karena aku bisa menikmati kebersama dengan dia, menikmati malam-malam yang indah dan penuh canda tawa dan kehangatan. Namun, kamu masih ada dihatiku walau hanya secuil. Walau terkadang miris namun aku tau rasa cemburu dalam hatimu, entah mengapa secuil perhatian dari dia adalah sejuta harapan. Sedangkan mengharapkan perhatian dari kamu adalah sejuta impian yang terkadang mustahil untuk direalisasikan. Aku tau semakin hari kamu membuka hatimu untukku kembali namun, kamu telah terlambat untuk semua itu. Aku tak mau menyesali dengan apa yang telah ku pilih. Aku meninggalkanmu tak berarti kita tak harus saling diam bukan? Aku tau apa yang kamu rasakan juga. Aku tau. Semakin hari berusaha melupakanmu adalah usaha yang sangat sia-sia dan sangat sulit untuk ku tempuh, namun tasa dalam hati ini sudah terkukuhkan atas nama dia. Dia yang dapat memberikan aku perhatian lebih. Yang ku butuhkan adalah sebuah kepastian bukan hanya harapan hampa. Dia bisa menjadi lebih didalam hatiku karena dia tak ingin menutupi apa-apa yang terjadi diantara hubungan ini, terbuka kepada publik. Bahkan didepanmu pun dia menunjukkan kasihnya. Aku tak mau membangdikan kamu dengan dia, karena pada hakekatnya semua itu berbeda. Kamu mempunyai keunikan sendiri dan dia juga. Seperti orang-orang yang ada disekitar kita, semua tak sama. Anganku kembali melaju lagi dengan semua ini . . . Mengikuti kata hatiku tentang kamu dan dia, tentang kita. Namun aku tak mau selingkuh dan aku tak mau dijadikan selingkuhan. Biarlah semua ini berjalan seperti angin, yang tak dapat kita kekang . . . . Phantom Gamecenter Yogyakarta, 29 April 2013 03:03:03 wib

Senin, 22 April 2013

MENGAPA HARUS KARTINI?

"MENGAPA HARUS KARTINI?" Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini? Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV). Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan. Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam? Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia? Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia? Tanyalah kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu? Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya. Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini? Ada baiknya, kita lihat sekilas asal-muasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini diterbitkan semasa era Politik Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu. Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini. Kalau Kartini hanya menyampaikan Sartika dan Rohana dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang ber inisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan). Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiranpikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini. Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fa -timah dari Aceh, klaim-klaim ke terbe lakang an kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati. Aceh juga pernah dipimpin oleh Sultanah (sultan wanita) selama empat periode (1641-1699). Posisi sulthanah dan panglima jelas bukan posisi rendahan. Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini. Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus menda -pat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus. Bayangkan, jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi: Ibu kita Cut Nyak Dien. Putri sejati. Putri Indonesia..., mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka. Tapi, kita bukan meratapi sejarah, Ini takdir. Hanya, kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong tak dir yang lebih baik di masa depan. Dan itu bisa dimulai dengan bertanya, secara serius: Mengapa Harus Kartini? Ditulis oleh Tiar Anwar Bachtiar (INSISTS)

Sabtu, 13 April 2013

Awas . . . !!! hati-Hati Dengan Sajadah Anda

Bismillahirrohamanirroihim . Artikel ini juga telah dikutip dari 'efairy-holywar' dan beberapa rangkaian blog lain yang pernah ditutup oleh pihak tertentu karena membongkar rahasia sulit 'The Elite'.Walau bagaimanapun pembongkaran misteri ini akan terus dibuat demi menyelamatkan kesucian dan kehormatan Agama Islam. Mungkin banyak yang telah mengetahui perkara ini.Namun sekiranya anda belum mengetahui,silakan cari tahu!!.Ini sangat penting demi memelihara akidah anda. Subliminal message atau pesan bawah sadar merupakan signal atau pesan yang terdapat dalam media lain, yang dirancang untuk melewati di atas normal pikiran / presepsi manusia. Pesan itu sebenarnya tidak dapat disadari/ diketahui, namun dalam situasi tertentu dapat mempengaruhi pikiran, perilaku, tindakan, sikap, sistem kepercayaan dan sistemnilai secara positif maupun negatif. Istilah bawah sadar berarti “ beneath a limen “ (ambang indrawi). Subliminal berasal dari bahasa Latin, kata sub yang berarti di bawah, dan limen, yang berarti ambang (This is from the Latin words sub, meaning under, and limen, meaning theshold). Kini kita akan langsung saja yang berhubungan dengan sajadah.Ya, sajadah yang digunakan oleh anda untuk alas solat. Apa yang menariknya disini? Silakan perhatikan dahulu gambar/gambar dibawah : Master Carpet Freemason1 Freemason - Mater Karpet Berdasarkan gambar Master Karpet di atas, saya mengambil tiga cirinya ; 1 Lantai Catur (hitam/putih)/Checkered Floor 2 Bintang dan Bulan 3 2 tiang yang dikenali sebagai Joachim dan Boaz. Sekarang kita akan perhatikan contoh salah satu sejadah yang telah diambil.Silahkan perhatikan baik.baik Sejadah dengan 3 ciri freemason : 1. checkered floor 2. bulan dan bintang dan 3) 2 tiang (Joachim & Boaz) Perhatikan sejadah di atas, ia juga mempunyai 3 ciri yang saya nyatakan yiaitu bintang dan bulan, lantai berpetak (checkered floor) dan 2 tiang. bagaiamana ?? percaya tidak percaya simbol-simbol yahudi itu ada disejadah kita . Uraian beberapa istilah diatas yang berkemungkinan membingungkan anda 1) Freemason - Freemason dan Illuminati adalah cabang-cabang pertubuhan Dajal Laknatullah.Tiada bezanya di antara dua pertubuhan ini, keduanya menganut agama menyembah Iblis dan Syaitan, mengamalkan sihir dan memuja-muja mistik sesat (antaranya percaya kepada kuasa angka dan bentuk geometri).Namun freemason telah tampil seolah-olah sebuah pertubuhan yang halal dan memperjuangkan kebajikan.Kini ahli mereka berada diseluruh dunia termasuk Malaysia yang rata-ratanya dianggotai oleh golongan elit. 2) Lantai Hitam & Putih/Checkered Floor - Lantai yang digunakan dalam ritual freemasonry (berpetak hitam-putih) 3) Bulan dan Bintang - Biasa terdapat dalam logo dan simbol yang digunakan oleh freemasonry,dan turut digunakan didalam ritual penyembahan syaitan.Bulan dan bintang turut digunakan sebagai simbolik keIslaman di kebanyakan negara termasuk Malaysia (walaupun ianya bukan logo Islam) 4) All seeing eye - Simbolik/propoganda "The Hidden Hand/Dajjal" seperti yang tercetak dibelakang wang dollar U.S. Selain itu, lihat juga di sajadah berikut ini, betapa banyak nya simbol-simbol yahudi di dalam sejadah masjid masjid kita . Lihatlah, betapa banyaknya simbol-simbol yahudi yang tersimpan dibalik sajadah yang kita gunakan sehari-hari. dan bukan sampai disitu saja. tanpa kita sadari ada yang lebih berbahaya lagi, yakni adanya simbol seks dibalik sejadah tersebut. perhatikan baik-baik Nah sekarang, entah sengaja atau memang tidak tahu, ada gambar yang menampakkan pesan seks pada gambar Sajadah, karpet alas untuk sholat di masjid-masjid. Sajadah sejenis ini sudah tersebar ke masjid-masjid, namun sayang masyarakat/ jama’ah masjid tidak menyadari bahwa karpet/sajadah yang mereka pakai tiap hari bergambar porno. Mungkin sepintas itu tidak terlihat jelas dan pastinya tidak menyadari bahwa sebenarnya gambar yang kita tahu adalah sebuah pintu ternyata kalau kita perhatikan dengan teliti akan menyerupai (maaf) seperti organ vital laki-laki. Coba perhatikan kembali gambar sajadah atau karpet masjid ! ini seperti sudah di desain sedemikian rapi oleh si pembuat di pabrik pembuat sajadah atau karpet masjid. Inilah perancangan jahat Yahudi dan Nasrani yang banyak di antara kita tidak mengetahui dan sadar. Mereka akan mnjadikan KITA SESAT DALAM KEADAAN BERIMAN .Walaupun dengan perkara sekecil ini, mereka tetap menjalankan rancangan jahat mereka. Diharapkan di dalam kehidupan sehari hari , kita semua lebih berhati-hati dan lebih peka setelah membaca artikel ini " sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya[82]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Al-Baqarah 109 “Man tasyabbaha bi qaumin fahua minhum”.Bermaksud : Barangsiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka seseorang itu terdiri dari kalangan mereka iaitu kaum berkenaan). jika catatan ini bermanfaat, silahkan dishare . maaf , untuk fasilitas TAG di page , sudah tidak bisa lagi. jadi silakan untuk dishare afwan....buat temen-teman yang beranggapan yang penting sholat nya bkan sejadah nya emang benar. tapi tujuan dri gambar ini ada di sejadah kita, karna tujuan para yahudi ingin mengesave dlm otak kita akan simbol mereka. secara tdk lngsung otak kita akan merekam simbol itu, dan perlahan kita akan terus ingat simbol itu lalu ajaran yg mereka bawa akan sangat mudah meresap di otak ini karena sebelum nya kita sudah merekam dari simbol-simbol yahudi. afwan... Dari Aisyah ra ia berkata Rasulullah saw berdiri untuk sholat di kain yang ada ukirannya, tatkala selesai sholat beliau bersabda: Pergilah kalian dengan kain ini kepada Abi Jahm bin Hudzaifah dan datangkanlah kepadaku dengan kain tebal yang tidak ada ukirannya (anbijansyah), Maka sesungguhnya kain yang ada ukirannya itu telah menggagguku dalam sholat. bukannya begitu lebih baik...? Dibolehkan shalat dengan memakai alas, baik berupa tikar, sajadah, kain, atau yang lain nya selama alas tersebut tidak akan mengganggu orang yang shalat . Misalnya sajadahnya bergambar dan berwarna-warni, yang tentunya dapat menarik perhatian orang yang shalat. Di saat shalat, mungkin ia akan menoleh ke gambar-gambarnya lalu mengamatinya, terus memperhatikannya hingga ia lupa dari shalatnya, apa yang sedang dibacanya dan berapa rakaat yang telah dikerjakannya. Oleh karena itu tidak sepantasnya memakai sajadah yang padanya ada gambar masjid, karena bisa jadi akan mengganggu orang yang shalat dan membuatnya menoleh ke gambar tersebut sehingga bisa mencacati shalatnya". (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 12/ 362) saran, kalau ingin beli sajadah, belilah sajadah yang polos atau setidaknya tidak memiliki banyak gambar-gambar . atau jika sudah terlanjur memiliki sajdah yang bergambar, bisa juga di sajadah itu di alasi dengan kain putih , seperti yang pernah admin liat saat sholat di masjid, "sajdah nya penuh gambar, kemungkinan ta'mir masjid tau kalau sajdah bergambar ini akan mengganggu kekhsusukan dalam beribadah, maka di alasi lah dengan kain putih bersih dibagian ujung-ujung sajadah. dan satu lagi, pilihlah sajdah yang berukuran kecil. jangan yang lebar,. kenapa ? karena sajadah yang lebar itu orang2 yang menggunakan nya bisa tidak merapatkan shaf2 nya, karena memiliki sajdah yang lebar, yang hanya untuk dia sendiri, al hasil shaff pun tidak rapat .semoga Allah selalu melindungi kita, dimanapun kita berada. wallahualam Dikutip dari : (Forum Diskusi Sejarah dan konspirasi) dan dari berbagai sumber

Rabu, 10 April 2013

Bunga Kering Perpisahan

/1/ Di nisan suaminya Ia taburkan melati dan kenanga Sambil melafalkan doa Perempuan itu Dewi namanya. Terbius rasa pedih Ia mohon ampun dengan suara lirih Segala yang di dadanya terasa berat, Segala yang di sekitarnya semakin pekat. Sepuluh tahun sudah ia hidup Bersama Joko, suami pilihan Ayah Perkawinannya selalu redup Karena Albert pilihan hatinya. Maafkan aku, suamiku, tangis Dewi. Sepuluh tahun lamanya sudah Kita menikah – Tapi tak mampu jua aku mencintaimu. Sudah kuberikan segalanya padamu Tapi rupanya bukan engkau milik hatiku. Bukan engkau inti angan-anganku. Joko, apa dayaku? Ditaburkannya bunga sekali lagi Sambil menelusuri isi hati, Izinkan kuserahkan sisa hidup ini Kepada lelaki yang kucintai. Kini kau di alam baka – Setelah sepuluh tahun yang tanpa warna, Baru sepenuhnya mataku terbuka: Cinta memang tidak bisa dipaksa. /2/ Di kamarnya yang sunyi Dewi membuka almari; Diambilnya sebuah kotak kecil berwarna nila Yang sejak menikah tak pernah disentuhnya. Dengan gemetar kotak dibukanya: Mawar kering itu masih di sana; Terbayang olehnya Albert, kekasih hatinya, Dan tersengat jiwanya oleh kisah lama. Seolah didengarnya kata pemuda itu Di saat perpisahan sepuluh tahun lalu, Simpan bunga kering ini, Dewiku, Sampai kau terbebas dari belenggu. Kalau sampai waktunya nanti, Kalau kita memang jodoh sejati, Kirimlah bunga ini padaku kembali Dan aku akan datang padamu. Aku janji! /3/ Tahun delapan puluhan – Mereka kuliah, satu angkatan; Bersahabat? Tak usah ditanya. Cinta? Nanti dulu, agama berbeda. Dewi sejak awal merasa Albert lelaki istimewa, Tapi Dewi seorang Muslimah Sedangkan Albert anak pendeta. Pemuda itu selalu berkata, Aku suka ke gereja, tapi tak pasrah buta Pada satu agama; Aku hanya ingin menyadap intinya. Sering disampaikannya kepada gadis itu Segala yang dengan baik dikuasainya Dari pengalaman, dari buku – Dan Dewi tak pernah bosan mendengarnya. Umat manusia, ujar Albert, Sudah lebih dari 150 ribu tahun umurnya; Berturut-turut agama pun diturunkan, Diwartakan, dipertengkarkan. Manusia lebih tua dari agama Sudah ada cinta sejak manusia diciptakan-Nya, Cinta lebih tua dari agama, Janganlah agama mengalahkan cinta. Begitulah Albert, itulah logikanya. Namun, di balik pikirannya yang liar kedengarannya Albert adalah pemuda yang suka menolong sesama Lembut hatinya. /4/ Ia kenal pemuda itu sejak kecil Dari desa terpencil Sama-sama hijrah ke Jakarta Untuk merebut cita-citanya. Dulu, semasa bocah Pernah mereka menyeberang sungai ke sawah Melewati jembatan bambu – tiba-tiba patah! Dewi tercebur, ya Allah! Sigap Albert melompat menolongnya Sementara kawan-kawan lain bengong, diam saja; Ditariknya Dewi, diseretnya melawan arus deras Diangkatnya ke tepi sungai – dibimbingnya rebah di teras. Suatu malam Dewi bermimpi: Ia dibonceng Albert bersepeda Lepas gembira melewati sawah dan bukit – Inikah pertanda mulai bersemi cintanya? Semakin lama semakin deras perasaan sayangnya, Tapi sejak mula disadarinya juga: Mereka berlainan agama. Siapa gerangan yang akan mensahkan cinta remaja?1 Terbayang olehnya Pagar pembatas itu: memanjang di selatan Menghalang di utara, Di barat, di timur, di kiri dan kanan. Semakin lama semakin dalam Dewi rebah Dalam pelukan Albert yang gagah Tapi ia tahu pasti Perpisahan tak akan bisa dihindari. /5/ Waktu yang diduga datang jua! Dewi duduk di hadapan ayahnya Yang dengan lugas dan tegas bicara Tentang hakikat cinta dan agama: Aku sangat malu Dan aku tak akan pernah mau Menjadi orang tua Yang kena murka Allah. Aku tak akan tahan Menjadi insan dilaknat Hanya lantaran membiarkan Anaknya menempuh Jalan Sesat! Dan ujung-ujungnya Sampai juga pesan utama: Joko pemuda santri ia perkenalkan Sangat cocok menjadi suami Dewi. Tekad Ayah bulat Niatnya pekat Albert harus dilupakan Karena Joko suami Dewi di masa depan. Tak sepatah kata terucap dari Dewi, Bibirnya terkunci. Gadis itu tertunduk, jiwanya berontak. Tapi pesan ayahnya? Tak bisa ditolak! Teringat ia akan masa kanak. Tinggal di sebuah rumah sederhana; Ayah kadang pulang larut. Waktu itulah ibunya suka bertitah, Lihatlah baik-baik, Nak, Kita bisa menikmati sore dan malam Tapi ayahmu masih mencari nafkah — berjibaku Kita ini bagaikan benalu! Jangan sekali-kali kaudurhakai Pohon perkasa, sandaran hidup kita, Jangan pernah kauganggu nurani ayahmu. Hidup Ayah lurus rus rus rus, Prinsip agamanya kuat wat wat wat – Kaku? Beku? Katanya pada suatu hari, Manusia diciptakan berpasangan; Walau pemuda itu baik padamu Tetapi ia lain agama. Itu artinya Ia bukan jodoh Yang dikirim Allah Untukmu! Sejak kecil ia tak boleh membantah Ayah Hidupnya selalu siap diperintah Walau kali ini permintaan Ayah berat Ia harus patuh bulat. Aku akan menikah dengan Joko Aku harus melupakan Albert Bisa ataupun tidak Aku harus bisa, gumam Dewi. /6/ Dan Albert? Ia berbeda; Rumahnya di atas angin Baginya agama sama saja, Tetapi menghadapi Dewi harus panjang nalarnya. Benar, katanya kepada dirinya sendiri, Banyak orang tidak peduli Dan mereka ikuti saja kata hati,2 Tapi Dewi bukan selebriti! Ia temui para ahli Kitab Dan diketahuinya, masing-masing punya sikap. Itu haram mutlak! kata salah seorang Sambil menunjukkan hukum yang jelas dan tegas.3 Yang lain bersikap sebaliknya Berdasarkan alasan yang juga mengena.4 Pemuda itu terbuka mata Tak ada keseragaman ternyata. Ada pandangan yang menutup pintu kawin beda agama,5 Tapi ada juga pandangan lain yang menerima.6 Wahai, apa makna semua? Apa peduliku? Mengapa aku harus tunduk pada aturan itu? Bukankah cinta lebih tua dari agama dan negara? /7/ Namun Dewi tetaplah seorang santri Patuh pada orang tua adalah tradisi Cintanya pada Albert yang mendalam Sekuat tenaga ia benam. Joko itu ternyata cerdas dan santun, Siapa tahu hidup kami nanti bisa rukun. Pikirannya menerima lelaki itu Ingin dicobanya hidup baru. Tapi terhadap Joko mengapa hatinya seperti batu? Dewi diam terpaku. Mengapa pikiran dan hatinya tidak bersatu? Dewi mulai ragu. Albert selalu bergelora Mampu menggetarkannya sampai ke surga, Tapi Joko alim dan dingin Hatinya beku seperti patung lilin. Pernikahan pun berlangsung meriah Demi Ibu dan Ayah, aku pasrah, Akan kulupakan Albert, dan setia kepada suami, Demikian janji Dewi kepada dirinya sendiri. /8/ Hari silih berganti, tahun datang beruntun, Keduanya menjalani hidup yang tertuntun, Joko pegawai negeri biasa Dewi karyawan perusahaan swasta; Hampir tak pernah mereka bertengkar, Kata orang keluarga Dewi tenang. Tapi kenapa hidupku ini hambar? Kenapa Eros cinta pada Joko tidak juga bertandang? Di benak Dewi bayangan Albert kerap melintas Dan rindunya memanas: Terbayang olehnya boncengan sepeda di pematang sawah, Terbayang sore yang lepas dan bunga merekah. Kepada malam yang sepi ia bertanya, Apakah gejolak cinta hanya datang satu kali saja Dan itu hanya untuk cinta remaja? Mengapa setelah menua Getaran cinta tak lagi ada? Mengapa rasa itu hanya mekar kepada Albert, pacar masa remaja? Mengapa tidak kepada Joko, suaminya? Malam yang sepi tak pernah menjawab pertanyaannya. Tapi Aku harus jadi Muslimah teladan Patuh pada suami, Taat pada orang tua, Dan bakti kepada agama. Itu harga mati, tandasnya. /9/ Bertahun-tahun sudah mereka berkeluarga Tak juga lahir ada anak mereka; Wahai, Joko ternyata memiliki kelainan Ia tak bisa berketurunan. Beberapa kali ia jatuh sakit. Awalnya dianggap biasa saja Semua manusia lain mengalaminya: Sakit dan sehat seperti musim, datang dan pergi. Namun, di tahun kesembilan pernikahan Sakit Joko semakin berkepanjangan, Semakin parah – Tubuhnya tampak bertambah lemah. Sebagai istri yang berbakti Dewi memutuskan berhenti bekerja Agar bisa merawat suami Dan tinggal di rumah saja. Tak putus-putus juga Dewi berdoa Agar Joko kembali seperti sedia kala; Meski ia sadar sepenuhnya Bahwa itu bakti semata, bukan rasa cinta. Dan hari itu pun tiba juga akhirnya! Vonis dokter: Joko tak bisa bertahan lebih lama. Dewi pun mendadak merasa bersalah Mengapa di lubuk hatinya tetap ada masalah. Dan ketika suaminya harus pergi Untuk menjumpai Khalik, Suatu malam Dewi bertahajud. Jiwanya menangis, pikirannya ngelangut. Ya Allah, ampunilah aku. Segala cara telah kutempuh Segala tenaga telah tercurah Agar bisa menjadi Istri yang baik, istri yang setia, Tetapi mengapa tak kunjung terbit Nafsu cintaku kepadanya? Mengapa justru Albert yang selalu ada Di pelupuk mata? Ya Allah, aku telah gagal jatuh cinta Kepada suamiku sendiri! /10/ Setahun sudah Dewi menjanda, Ia mulai banyak membaca. Hidup sebatang kara memaksanya menjadi baja Ia sudah kembali bekerja. Ia mulai lepas dari tradisi Dihayatinya hidup yang mandiri Filsafat dan sastra membentuk dirinya, Ia bukan Dewi yang dulu lagi. Suatu ketika Ia punya niat ke kampus Untuk melepas rindu Masa-masa mahasiswinya dulu. Ia duduk di taman yang dulu juga. Suasana sudah berubah Tetapi ada yang masih tinggal – Masih bisa dihirupnya. Bangku yang itu juga Sudah berubah warna. Di situ ia dulu masih sempat ketemu Albert Sebelum hari pernikahan, sepuluh tahun lalu. Saat itu senja mulai gelap Mereka sadar segera harus berpisah; Di pojok taman itu Sambil berjalan Albert berkata, Jika kautinggalkan aku Karena tak lagi mencintaiku, Aku pasrah. Jika kau menikah dengan lelaki lain Karena kamu mencintainya, Aku terima. Tapi aku tahu, Dewi, Bukan itu alasanmu meninggalkanku. Kauhancurkan cinta kita Demi baktimu kepada ayahmu. Demi baktimu pada tafsir agama! Ia ingat magrib di taman itu. Ia menangis tanpa suara. Tak ada lagi yang bisa diusahakan: Albert harus merelakan perpisahan. Sebelum berpisah Albert menyerahkan Sekuntum mawar. Di pikirannya kata-kata itu masih melekat Yang kadang bisa membuat hari-harinya pekat. Dewi, simpanlah mawar segar ini. Pada waktunya nanti Ia akan kering dan layu; Apa yang akan terjadi Tak akan bisa diduga Kecuali nasib bunga ini. Kita tak tahu masa depan. Jika ternyata kau memang jodohku Dan kelak telah siap untuk bersatu denganku, Kirimlah bunga ini sebagai isyarat; Aku akan segera menghampirimu – Ini janjiku. Aku percaya dalam hidup manusia jatuh cinta hanya sekali saja Cintaku sudah tunai untukmu. Dewi tidak bisa lain Kecuali diam saja, Dan sambil menundukkan kepala Ia bertanya apakah Albert akan menikah juga. Aku akan menikah dengan petualanganku – Gunung-gunung tinggi akan kutaklukkan Akan kujelajahi bumi yang diciptakan-Nya Dan akan kusampaikan pertanyaanku Di puncak setiap gunung yang kudaki, Tuhan, mengapa tak Kau-restui cintaku Kepada sesama ciptaan-Mu Hanya karena, ya Allah, Hanya karena agama kami beda? Padahal Kau jugalah yang menurunkannya. Tersekat tangis Dewi, dibawanya mawar itu, Disimpannya dalam sebuah kotak Yang akan menjaga rahasia abadi Cintanya kepada seorang laki-laki. Cinta sejatinya. Cinta hatinya. Ya, Tuhan, perkenankan aku menikah; Bimbinglah aku agar setia pada suami Dan jangan biarkan aku Membuka kotak ini lagi. /11/ Namun, apa yang tak berubah Di bawah langit? Pada suatu hari dibukanya juga Kotak itu: benar, mawar itu kering dan layu. Tapi masih diciumnya wangi baunya. Seperti gemetar mawar layu itu di tangannya, Ke mana gerangan hidup ini mengarah? Muncul kembali bayangan yang sudah jadi arwah. Di seberang jendela: langit tak ada batasnya Awan masih tetap berkelana. Kali ini biar kuturuti saja suara hati Tiba sudah saatnya, berbakti kepada diri sendiri. Ya, Allah, telah kuikuti lurus ajaran-Mu Seturut tafsir orang tuaku; Ayah dan Ibu, telah kuikuti pula keinginanmu Menikah dengan lelaki yang bukan pilihanku; Suamiku, telah kucoba melayanimu Setia padamu sampai akhir hayatmu. Kini tiba giliranku Menjadi tuan bagi diri sendiri – Izinkan aku mengikuti suara jiwaku, Hanya tunduk pada titah batinku. Dipandangnya lagi mawar kering itu. Sudah tetap niatnya: Akan disampaikannya kembali ke pemiliknya Secepatnya. Ia pasti masih menunggu, pikirnya. Langit tetap yang itu juga Yang dulu mendengar janji kekasihnya: Kapan pun bunga itu dikirim kembali Lelaki itu akan siap menerimanya lagi. Menakjubkan: cinta ternyata terus bertahan Melampaui masa dan berbagai perbedaan; Pernikahan boleh dibatalkan Tetapi meski di dalam sekam, cinta tak padam. Kepada Ayah dan Ibu Dewi sampaikan niatnya Untuk kembali ke cinta lamanya. Tapi apa kata mereka berdua? Lebih baik menjanda daripada kawin beda agama! /12/ Namun, sekarang ini Dewi berbeda, Ia tetap sayang orang tua Ia tetap saleh soal agama. Tapi sikap hidup? Kini ia tegak pada pendiriannya. Ayah menghalanginya sekuat tenaga, Menikah beda agama hanya mengirimmu ke neraka! Jawab Dewi, Ayah ini zaman Facebook dan Twitter Bukan era Siti Nurbaya! Dunia sudah berubah Bukan manusia untuk agama Tapi agama untuk manusia Bagi Ayah, beda agama itu masalah. Bagiku tidak! Ayah memang merawat fisikku sejak kecil. Tapi jalan hidupku bukan punya Ayah! Ayah terkaget alang-kepalang. Dewi yang patuh sudah tiada, Di hadapannya berdiri Dewi yang berbeda Betapa dunia memang sudah berubah. Hati Dewi sudah bulat Cintanya pada Albert memanggilnya kembali; Terbayang era bocah Ia menemani Albert bermain layang layang di sawah. Maka diposkannya bunga itu ke alamat kekasihnya. Hari berganti hari, pekan berganti pekan, Dewi tertegun: mengapa tak kunjung ada jawaban? Ya, ya, apakah janji sudah dilupakan? Tibalah juga sore tak terduga itu: Seorang ibu tua mengetuk pintu, Dan ketika dibuka, Astaga! Ibunya Albert rupanya. Dipeluknya Dewi, disampaikannya berita itu. Sejak kamu menikah, Albert tak betah lagi di rumah. Didakinya gunung demi gunung Entah di negeri mana – Seperti ada yang ingin dicarinya Seperti ada yang ingin diprotesnya. Dan setahun lalu aku mendapat berita Albert, anakku laki-laki itu Tak akan pulang kembali – Ia meninggal di sebuah gunung Dan dimakamkan di sana. Suara perempuan tua itu terbata-bata Tapi kuasa menahan air matanya. Dan Dewi? Ia menjerit sekuat-kuatnya Sambil memeluk ibu tua itu. Ada pesannya, sambung ibu Albert, Sebelum pendakiannya yang terakhir Albert menitip surat Yang hanya boleh disampaikan Kalau kuntum mawar sudah kaukirimkan. Tak sabar dengan tangan gemetar Dibukanya surat itu, Masih dikenalinya tulisan tangan Albert – Tetap seperti dulu. Dewi, tulis Albert, Mungkin sudah kaukirim kembali Bunga kering itu sekarang. Tapi yang akan kauterima Hanya surat ini. Aku tak berniat mengingkari janji! Aku sekarang mungkin di alam lain Dan janjiku tetap seperti dulu: Cintaku hanya untukmu Yang tak sampai hanya karena kita beda agama. Dipeluknya surat itu Diciumnya hingga basah oleh air mata Hatinya menjerit Melolong sampai jauh, jauh sekali… *** Pandangan ini didasarkan pada ayat-ayat al-Quran: “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.” (Al-Baqarah: 221). Dan ayat: “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka, maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir, mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (Al-Mumtahanah: 10) Banyak pasangan selebriti yang menikah secara beda agama seperti Katon Bagaskara dan Ira Wibowo, Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen, Jamal Mirdad dan Lydia Kandau, Yuni Shara dan Henri Siahaan (sudah bercerai), Glenn Fredly dan Dewi Sandra (sudah bercerai), Dedi Kobusher dan Kalina, Frans dan Amara, Sony Lauwany dan Cornelia Aghata. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 05/Kep/Munas II/MUI/1980 tanggal 1 Juni 1980 menetapkan bahwa perkawinan wanita muslimah dengan laki-laki non-muslim adalah haram hukumnya. Ada keterangan bahwa Nabi Muhammad pernah menikah dengan Maria Qibtiyah, seorang perempuan beragama Kristen Koptik Mesir dan Sophia yang beragama Yahudi. Para sahabat seperti Usman bin Affan menikah dengan Nailah binti Quraqashah al-Kalbiyah yang Nasrani, Thalhah bin Ubaidillah menikah dengan perempuan Yahudi di Damaskus, Huzaifah menikah dengan perempuan Yahudi di Madian. Para sahabat lain, seperti Ibn Abbas, Jabir, Ka’ab bin Malik, dan Al-Mughirah bin Syu’bah juga menikah dengan perempuan-perempuan ahli kitab. Keterangan ini disampaikan oleh Prof. Musdah Mulia, Prof. Kautsar Azhari Noer, dan Prof. Zainun Kamal dalam Klub Kajian Agama (KKA) ke-200, yang digelar Yayasan Paramadina pada 17 Oktober 2003, lihat laporannya “Tafsir Baru atas Nikah Beda Agama” dalam http://icrp-online.org/082008/post-17.html. Hukum pernikahan di Indonesia diatur dalam UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP). Dalam Pasal 2 ayat 1 UUP dinyatakan: “(1). Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.” Untuk melindungi hak dan kewajiban suami-istri, perkawinan harus dicatat oleh lembaga yang berwenang. Ketentuan mengenai pencatatan perkawinan diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UUP No 1 Tahun 1974. Dalam Pasal 2 PP No. 9/1975 disebutkan, apabila perkawinan dilakukan oleh orang Islam maka pencatatan dilakukan oleh pegawai pencatat dari Kantor Urusan Agama (KUA). Sedangkan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama dan kepercayaannya di luar Islam, maka pencatatan dilakukan pada Kantor Catatan Sipil (KCS). Pernikahan artis Katon Bagaskara (Kristen) dan Ira Wibowo (Muslim) dianggap sah secara hukum positif. Dan bisa memperoleh surat keterangan dari Kantor Catatan Sipil. Pasangan selebriti lainnya Ari Sihasale (Katolik) dan Nia Zulkarnaen (Islam) menikah di Perth, Australia. Pernikahan mereka disahkan oleh petugas Department of Birth, Date and Marriage Perth, setara dengan Kantor Catatan Sipil di Indonesia. Ketika mereka melaporkan perkawinannya ke Kantor Catatan Sipil di Indonesia ternyata perkawinan mereka juga dianggap sah. Petugas di KCS mengatakan bahwa apa yang dilakukan Ari dan Nia tidak melanggar undang-undang, dan telah diatur dalam Pasal 56 Ayat (1) UU Perkawinan: “Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara 2 orang WNI atau seorang WNI dengan WNA adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara di mana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi WNI tidak melanggar ketentuan UU ini”. Lihat, “Nia-Ale Menikah di Kebun Bunga Nan Indah”, http://nostalgia.tabloidnova.com/ articles.asp?id=2446. Atas Nama Cinta - Bunga Kering Perpisahan - Puisi Esai - Denny JA

Senin, 08 April 2013

Maha Kasih - Aku Bukan Banci Kaleng

Kita lebih suka menempatkan diri kita sebagai ‘Tuhan’, sehingga lebih sering mengutuk dan memvonis, ketimbang mengajak mereka kembali ke jalur Fitrah…….Mereka sejatinya ingin berubah. Peran kita sangat dibutuhkan… ”Yaa Allah, berikanlah aku kesempatan untuk mengasuh anak itu (Maya). Jadikanlah aku lelaki sejati Yaa Allah ” Begitu doa Zainuddin, seorang Lelaki yang berperilaku seperti wanita, yang diperankan dengan baik sekali oleh Aming dalam Film ’Aku Bukan Banci Kaleng’ (TPI, 25/09/2009). . Doa Zainuddin yang tulus, di bantu oleh doa khusyu Ibu Dina (Astri Ivo) dan didukung secara moral oleh Pak Ustadz (Yusuf Mansyur) serta motivasi Maya (Anak angkat Zainuddin) membuat Zainuddin bertekad kuat kembali menjadi lelaki sejati. Demi mewujudkan keinginan menjadi seroang Ayah dari Maya, anak yang diasuhnya sejak kecil, keinginan Zainuddin di jawab oleh Allah, sehingga Zainuddin bisa mempersunting Bu Dina (Ibunda Maya)…..menjadi lelaki sejati. Menjadi seorang Ayah yang didambakannya. . Kisah yang mengharukan. Film ini dengan sangat manies mampu memotret kondisi masyarakat secara utuh. Masyarakat yang tidak menerima kehadiran seorang laki-laki yang berperilaku seperti wanita. Masyarakat yang senang mengutuk dan memvonis langsung kata ’salah’ terhadap mereka yang kebetulan memiliki kelainan tsb. . Sayangnya kita lebih senang memposisikan diri kita layaknya ’Tuhan’ yang menyalahkan. Kita seolah seperti Raja yang dapat langsung memvonis…..kita sering lupa bahwa mereka, para mahluk Allah yang berperilaku ’berbeda’, juga ingin seperti manusia normal lainnya. Mereka membutuhkan bantuan kita selaku keluarga, teman, sahabat dan pemuka masyarkat untuk kembali ke jalur fitrah. Mereka memerlukan dukungan moral…bukan pujian, bukan pula tontonan. . Dalam film tsb dikisahkan juga ketika Umi (Nani Wijaya) mencari anaknya, Zainuddin yang kabur dari rumah, hingga ke Jakarta. Saat Umi mendekati seseorang yang dikira sebagai Zainuddin, orang tsb berujar bahwa banyak orang yang berperilaku seperti ’Banci’ kabur dari rumah karena perlakuan keluarga yang tidak baik. Karena keluarganya lebih banyak memvonis ketimbang membimbing. . —oooOooo— . Perilaku lelaki seperti wanita atau sebaliknya sebenarnya sudah ada sejak zaman nabi Luth. Seperti diantaranya tertuang dalan Al-Qur’an, Surat (Al-A’raaf : 80) dan (Al-A’raaf : 80). Sebagai seorang Rasul, Nabi Luth As memiliki tugas untuk membimbing ummatnya untuk kembali ke jalan Fitrah. Nabi Luth As Mengajak, menyeru dan mengabarkan dengan penuh kasih sayang. Penuh kebajikan dan kesantunan. . Berhasil atau tidaknya ajakan, seruan dan bimbingan tersebut beliau (Nabi Luth As) serahkan kepada Allah Swt, selaku Al-Kholiq dan Pemegang otoritas penuh atas segala jiwa mahlukNya. . Adakah diantara kita yang memiliki keluarga, teman, sahabat, tetangga yag berperilaku seperti itu. Perlakukanlah mereka layaknya anggota keluarga, anggota masyarakat, teman dan sahabat. Dukungan, bimbingan dan bantuan kita akan sangat berguna bagi masa depan mereka. . Mohon Maaf bila ada kesalahan kata, kalimat yang tidak berkenan atau tidak sesuai dengan redaksi yang sebenarnya.

Kamis, 04 April 2013

fiksi


aku duduk di atas tikar. tikar yang sama yang aku duduki selama lima tahun. disini, di depan kamar rumah susun ku. bukan, bukan kamarku. kalau aku mengakui ini adalah kamarku, berarti aku kalah, dan mereka menang. mereka membakar rumahku lima tahun yang lalu. mereka mengambil tanah kami untuk membangun rumah susun ini. mereka tidak memberikan ganti rugi. mereka hanya memberikan sebuah kamar di lantai 7, yang tidak pernah bisa menggantikan rumahku yang lama. bukan karena rumahku yang dulu adalah rumah yang besar. tapi aku membangunnya dengan tanganku sendiri. adi karyaku. satu-satunya adi karyaku yang pernah aku punya. pernikahanku bukan sekali sebuah adi karya. istriku bodoh. aku bodoh. kami bahkan tidak tahu bagaimana caranya berkomunikasi. kami tidak pernah bersekolah. mungkin karena itu. ketiga anakku juga bukan adi karya. anak laki-lakiku yang paling besar kini menghilang. dia menikam orang sampai mati ketika berumur 14 tahun, dan dipenjara. aku tidak tahu apakah ia sudah dibebaskan, atau belum. anakku yang kedua, tinggal di rumah, selalu di rumah, tidak pernah pergi ke luar. atau melakukan apa-apa. dia tidak bekerja, tidak sekolah, tidak ada satupun anakku yang sekolah. mungkin karena itu. anakku yang ketiga, perempuan. mungkin dia yang bisa mendekati sebuah adi karya.senyumnya manis, kulitnya bersih, sekalipun tidak pernah melakukan perawatan muka. perawatan muka apa ?! keluargaku makan saja sulit. sebentar lagi anak perempuanku akan pulang. dia telah menemukan jodohnya. seorang tukang ojek yang juga memiliki gerobak gorengan. anakku akan jadi orang, hidupnya akan lebih baik. hari ini, pacarnya dan keluarganya akan datang untuk meminang anakku. istriku dari pagi berusaha untuk membuatkau masuk. istri: “masuk dulu kenapa sih, ini buat anak elo!! nanti kalo keluarga pacarnya sudah pulang, elo boleh duduk disitu lagi !!” anak kedua: “atau pergi kemana dulu gih, nanti kalo mereka sudah pada pulang baru balik lagi” mereka tidak akan pernah mengerti. tidak ada orang yang bsia mengerti, kecuali anak perempuanku. cuma dia yang memahami aku. aku yakin dia tidak akan menyuruhku masuk. aku yakin dia tidak akan malu. waktunya semakin dekat, sebentar lagi anak perempuanku akan datang. aku tidak sabar untuk melihatnya, dia tadi pergi ke salon. kunjungannya yang pertama. …….. itu dia. ah.. dia caaaantik sekali, jauh lebih cantik dari biasanya. dia memang adi karyaku, yang paling memahami aku. aku yakin dia tidak akan keberatan aku terus duduk di depan rumah. anak ketiga: “pak ! masih disini aja, mau bikin aku malu ?! mau bikin calon mertuaku kabur ?!” anak ketiga: “itu orang tua bisa dipaksa masuk nggak sih ??!!!” ….. ….. …. aku yakin dia begitu karena hari ini adalah hari terpenting dalam hidupnya. aku tidak boleh egois. aku harus melakukan sesuatu. tapi apa? kalo aku masuk, berarti aku kalah, dan mereka menang. apa yang harus aku lalukan? apa? badanku terasa lemah, aku tak sanggup lagi berjalan jauh. kalau aku masih disekitar sini, mereka akan melihatku. dan anak perempuanku akan malu. apa yang harus aku lakukan? apa? ….. pembatas ini tidak terlalu tinggi. mungkin aku bisa memanjatnya. toh, badanku kini sangat ringan. hup, kini aku sudah ada diatasnya. satu….dua….tiga…..segalanya seperti dalam gerakan lambat. aku melayang, mungkin karena badanku terlalu ringan. apakah aku kalah? apakah aku menang? yang aku tahu tidak ada seorangpun yang akan kehilangan diriku.