Rabu, 26 Juni 2013

terima kasih

telah lama aku disini
merasa nyaman dengan semua
namun sedikit demi sedikit kenyamanan itu menghilang
entah kemana
seperti tergerus oleh air yang mengalir dari atas
hanya dengan sedikit apa yang ku tahu
semua menyalahkanku
semua
ketika mereka diposisi yang sama
mereka tak mau disalahkan
macam apa ini
selalu ingin dimengerti
kenapa tak sekalian aja menuduhku
puas mungkin kalau aku udah tidak disini
tapi sebentar lagi aku juga akan berhenti
tunggu aja waktu yang tepat




Selasa, 25 Juni 2013

Hasil Perubahan

Bulan telah berlalu
Hari hari ku jalani dengan canda tawa yang ceria
Tak satupun terlewatkan dalam hari-hari
Pekerjaan yang semakin membuatku bahagia
Dengan lingkungan yang semakin tertata
Udara yang semakin nyaman
Dikelilingin oleh orang-orang yang mendukungku untuk meninggalkan
Dunia yang dulu pernah ku lalui
Tak terasa telah tiga tahun berlalu
Kuasa-Nya dan Kasih-Nya telah mampu membuatku berubah
Linangann air mata setiap sujudku kepada-Nya
Serta niatku untuk berubah begitu kuat
Ia memberikan jalan kepadaku dengan memberiku coba
Tuhan, sujud syukurku dan pasrahku kini hanya pada-Mu
Yang telah menguatkan hati ini ...

Senin, 03 Juni 2013

Ciremai Bagian 3 Akhir

Dua bagian telah cukup, bagian terakhir yang selalu menjadi penutup kisah namun aku tak mau kisah indah ini tertutup begitu. Rasa perpisahan yang tak ingin segera diakhiri namun waktu juga yang memaksa untuk berhenti disini. Ya berhenti dan menyimpan semua kenanagan yang itu dalam memori waktu yang mungkin akan segera hilang seiring dengan datangnya kisah-kisah yang lain. Kisah yang akan mengisi setiap langkahku kembali menikmati panorama alam.

" Andai ada satu cara tuk kembali menatap agung surya-Mu ... " sepenggal kata kerinduan untuk mengulang lagi kisah-kisah jenaka saat itu, di puncak tertinggi di daratan Pasundan.







Sabtu, 01 Juni 2013

Ciremai Bagian 2

Tiba juga di pos camp, berpencar hilang satu satu entah kemana ... Saling mencari satu dengan yang lain, sibuk senidiri-sendiri. merangkai dome dan menyiapkan makanan untuk mengembalikan tenaga yang telah terkuras sebelum kembali melanjutkan perjalanan tengah malam.

Api unggun telah menyala, bau sedap masakan dari masing-masing kelompok mengganggu hidung ini. Canda tawa kembali hadir menyemarakan keheningan hutam malam ini. Purnama nan indah membagi cahaya keemasan untuk menarangi semua jiwa yang merasa lelah.

Sibuk memasak dan saatnya kembali ke camp, apa yang terjadi? saat mau masuk tiba-tiba sudah ada sesok gadis yang sudah terselubungi sleeping bag di tenda. Deden yang sedari tadi didalam tenda melawan hipotermiapun tak mengetahui begitu juga dengan aa, aku dan a pocong (wuih yang terakhir ada makluk astral) Namun itulah yang terjadi, semua jadi satu dan beristirat menunggu dini hari hadir. Jam masih menunjukkan pukul 8 malam, bukan jam tidur ku dan aa ... Kembali ngobrol kesana-kamari hingga kantuk tiba dan mata udah mengelayut namun kita dibangunkan untuk perjalanan menuju puncak.

Perjalanan kembali dilalui, aku, aa dan semua rombongan tak terkecuali si Gadis Berkerudung Merah. Perjalanan malam tanpa suara renyah seperti perjalanan sebelumnya, saling tertinggal dan akhirnya berpisah satu sama lainnya hingga pagi menjelang. Letih dan hanya sebotol susu cair yang menemaniku dan si teteh kerudung merah. Hingga pagi kita berjalan, istirahat sebentar dan terus berjalan hingga keputusasaan hadir ditanjakan terakhir sebelum menuju pangasinan.

Pengen pipis itu yang sulit ditahan dan akhirnya bisa juga pipis setelah datang salah satu rombongan yang kakinya mengalami kram, karena tak biasa jalan kaki jauh. Dapat tisu basah dan akhirnya si Gadis Berkerudung Merah dapat lega melepas pipis dialami

Keputusasaan kembali hadir setelah susu cair 800ml yang dibawa tak tersisa. Dehidrasi merajalela, udara yang menurut masih terlalu panas dengan ketinggian 2675 mdpl namun bagi sebagian yang lain sudah merasakan dingin bahkan ada yang hipotermia. Waktu terus berjalan dan kita masih termanu ditengah-tengah keputusaan dan mendungpun bergelayut menandakan hujan akan datang.

" Lu mau lanjut naik atau turun? Bekal lu udah habis, Mantel diatas bukan? Turun lu mau cari mati kalau sekarang? ", gelagar a Pocong. Tanpa menjawab dan aku hanya memberikan kamera, Iapun berlalu dan beberapa saat kemudian terdengar suara penyemangatku dari awal, penyemangat jingga. Terbakar lagi dalam jiwa ini. Keputus diambil dan melanjutkan perjalanan. Masyaallah cuma 5 menit udah nyampe pos pengasinan :)