Sabtu, 01 Juni 2013

Ciremai Bagian 2

Tiba juga di pos camp, berpencar hilang satu satu entah kemana ... Saling mencari satu dengan yang lain, sibuk senidiri-sendiri. merangkai dome dan menyiapkan makanan untuk mengembalikan tenaga yang telah terkuras sebelum kembali melanjutkan perjalanan tengah malam.

Api unggun telah menyala, bau sedap masakan dari masing-masing kelompok mengganggu hidung ini. Canda tawa kembali hadir menyemarakan keheningan hutam malam ini. Purnama nan indah membagi cahaya keemasan untuk menarangi semua jiwa yang merasa lelah.

Sibuk memasak dan saatnya kembali ke camp, apa yang terjadi? saat mau masuk tiba-tiba sudah ada sesok gadis yang sudah terselubungi sleeping bag di tenda. Deden yang sedari tadi didalam tenda melawan hipotermiapun tak mengetahui begitu juga dengan aa, aku dan a pocong (wuih yang terakhir ada makluk astral) Namun itulah yang terjadi, semua jadi satu dan beristirat menunggu dini hari hadir. Jam masih menunjukkan pukul 8 malam, bukan jam tidur ku dan aa ... Kembali ngobrol kesana-kamari hingga kantuk tiba dan mata udah mengelayut namun kita dibangunkan untuk perjalanan menuju puncak.

Perjalanan kembali dilalui, aku, aa dan semua rombongan tak terkecuali si Gadis Berkerudung Merah. Perjalanan malam tanpa suara renyah seperti perjalanan sebelumnya, saling tertinggal dan akhirnya berpisah satu sama lainnya hingga pagi menjelang. Letih dan hanya sebotol susu cair yang menemaniku dan si teteh kerudung merah. Hingga pagi kita berjalan, istirahat sebentar dan terus berjalan hingga keputusasaan hadir ditanjakan terakhir sebelum menuju pangasinan.

Pengen pipis itu yang sulit ditahan dan akhirnya bisa juga pipis setelah datang salah satu rombongan yang kakinya mengalami kram, karena tak biasa jalan kaki jauh. Dapat tisu basah dan akhirnya si Gadis Berkerudung Merah dapat lega melepas pipis dialami

Keputusasaan kembali hadir setelah susu cair 800ml yang dibawa tak tersisa. Dehidrasi merajalela, udara yang menurut masih terlalu panas dengan ketinggian 2675 mdpl namun bagi sebagian yang lain sudah merasakan dingin bahkan ada yang hipotermia. Waktu terus berjalan dan kita masih termanu ditengah-tengah keputusaan dan mendungpun bergelayut menandakan hujan akan datang.

" Lu mau lanjut naik atau turun? Bekal lu udah habis, Mantel diatas bukan? Turun lu mau cari mati kalau sekarang? ", gelagar a Pocong. Tanpa menjawab dan aku hanya memberikan kamera, Iapun berlalu dan beberapa saat kemudian terdengar suara penyemangatku dari awal, penyemangat jingga. Terbakar lagi dalam jiwa ini. Keputus diambil dan melanjutkan perjalanan. Masyaallah cuma 5 menit udah nyampe pos pengasinan :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar