Rabu, 23 Mei 2012

ironisnya sebuah sepur klutuk


Sinten numpak sepur 

bayare setali

mung iki sepur dhur

tekan pasar legi 

ojo do suk sukan 

ngajeng tasih longgar

cedak nggon supiran

janji gelem mbayar 

monggo rodo geser 

anak kulo nangis

mergo kroso ngelih

mengjo ngejak mulih

e . . . e . . . tapak jaran tatu miring 

miring neng betawi 

ono ledhek mbuka topi

topi gone dhuwur

kreto api jare sepur

sepur mubeng minger

--- arasement ulang gamelist gamler ---


sebuah lagu dolanan anak atau lagu mainan anak yang keberadaannya sudah sangat jarang ditemui. apalagi dengan kondisi sekarang dengan maraknya industri musik yang semakin menyisikan lagu-lagu anak-anak. mungkin keprihatinan ini terjadi tidak hanya saya seorang namun banyak pemerhati anak yang mulai nanar dengan realita sekarang, bagiaman tidak ketika kita bertanya kepada anak-anak usia 7 sampai dengan 12 tahun mereka bahkan tak tahu akan lagu " sepur klutuk " ataupun lagu " cublak-cublak suweng ". sungguh ironis dibanyak negara lagu-lagu budaya kita dilestarikan namun di negara sendiri seakan lagu-lagu tersebut telah mati. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar