Jumat, 26 Juli 2013

Hingga tirai-tirai jingga turun

damaiku tertinggal dipuncak-puncak gunung
yang pernah ku daki

kembali mengatap
jika damai selalu seperti itu
hingga tirai-tirai senja turun
menutup jendela langit

jingga datang semangatkupun akan datang
senja diufuk akan selalu datang
tak usah asa
jika semangat bisa mendekatkan jarak
semoga ada jingga yang tak saling menabrak

langit tak cerah
setidaknya angin malam berguguran
kenangan bercucuran
hanya sajak ini yang tumbuh
angin tak ada disini
semoga Tuhan memberikan kekuatan pada empat bilik jantungku

dan pandangan mulai kabur
semua menari dikepalaku
gelap mulai menjalar
dan semua mulai menghilang digantikan kelam

aku merasakan sajak kabut datang
terngingan lembut sesak
hari-hari dimana aku mulai mengenal
abu-abu dan biru

biru dan abu-abu?
sejak kapan aku melihatnya
bukankah yang kulihat selama ini hanya jingga

namun,
yang ku lihat sekarang hanyalah biru semesta
menjulang ke seantero pandanganku
mungkin nanti akan terlihat juga jingga di negeri ini

walau aku terus menunggu
tapi aku hanya bisa mendaptakan dua kali jingga lembayung jingga
ketika sang fajar menyingsing dan ketika fajar kembali keperaduannya
namun bersamaan dengan itu damai juga datang

semoga damai seperti ini
aku rindu saat jingga ditepian tebing curam
Tuhan sengaja menaruhnya disana
agar aku bisa menikmati jingga yang berbeda

karena jingga penuh damai
dalam jingga ada pijaran yang menerangi jiwa-jiwa
yang kesepian ...
seperti pijar lembutnya rembulan
semilir angin yang menderu-deru ditepi jurang
diatas awan ...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar