Senin, 10 Maret 2014

Apa Beda Etanol dan Metanol ?

Apa beda etanol dan metanol ?

Etanol (etil alkohol) dan metanol (metil alkohol) merupakan senyawa kimia yang tergolong
sebagai senyawa alkohol. Yang membedakaan adalah rumus kimianya, jika etanol adalah C2H5OG,
metanol berumuskan CH3OH. Tentu sifat-sifatnya juga akan berbeda walaupun juga banyak persamaannya.

Etanol adalah senyawa alkohol yang biasa terdapat dalam minuman beralkohol,
seperti bir, wine, brandy, dan lain-lain. Ia biasa diperoleh dari fermentasi buah-buahan atau gandum.
Metanol umumnya bukan dikonsumsi sebagai minuman karena sifatnya yang
lebih beracun dan dipakai sebagai bahan bakar.
Jika Anda liat spiritus yang diberi warna biru itulah metanol. Mengapa diberi warna
demikian? Supaya orang bisa membedakannya dan tidak menggunakan secara salah.

Sama halnya dengan etanol. Metanol merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan
merupakan cairan yang mudah terbakar. Sejarahnya, ia merupakan hasil destilasi
kayu, sehingga sering disebut juga alkohol kayu (wood alcohol). Saat ini metanol dibuat secara sintetik dengan mereaksikan hidrogen dengan karbo monoksida atau
karbon dioksida. Metanol memiliki berat molekul 32g/mol, lebih ringan dibandungkan air dan mendidih pada suhu 65 derajat C.

Metanol utamanya di pakai sebagai bahan awal (starting material) pada sintesis
berbagai senyawa kimia seperti formaldehid, asam asetat, metakrilat, etil glikol, dan lain-lain. Metanol juga banyak dipakai sebagai cairan pembersih kaca mobil. pembersih karburator. antibeku, toner mesin fotokopi dan bahan bakar.

Apa yang terjadi pada metanol di dalam tubuh manusia ?

Paparan metanol ke dalam tubuh manusia bisa melalui hitupan (inhalasi)
penyetapan melalui kulit, atau tertelan (sengaja diminum seperti dalam beberapa kasus mitas maut). Metanol sangat mudah diserap oleh tubuh melalui
berbagai rute paparan tadi, dan segera didistribusikan kedalam organ dan
jaringan tubuh yang mengandung air.

Konsentrasi tertinggi akan dijumpai berturut-turut pada darah, cairan tubuh,
empedu, otak, ginjal, paru dan limpa. Didalam hati (liver), metanol akan dioksidasi menjadi formaldehid (formalin) dengan bantuan enzim alcohol
dehydrogenase dan kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam format
oleh enzim formaldehid dehidrogenase. Perubahan dari formaldehid menjadi asam format sangat cepat dengan wajtu paro selama 1 - 2 menit sehingga tidak
terjadi akumulasi formaldehid dalam tubuh. Asam format selanjutnya dapat
diubah menjadi 10-formiltetrahidrofolat yang dapat dimetabolisir lebih lanjyt menjadi karbon diaoksida sebagai upaya detoksifikasi dari tubuh. Kecepatan
perubahan asam format menjadi metabolitnya tergantung ketersediaan tetrahidrofolat dalam hati.
Namun demiakian, waktu paruh asam format didalam tubuh cukup panjang yaitu 20-24jam.

Bagaimana mekanisme keracunan metanol ?

Efek toksik/racun metanol terutama disebabkan oleh pembentukan asam format.Walaupun formaldehid (formalin) itu sendiri cukup toksik, tetapi ia cepat dimetabolosir menjadi asam format sehingga kadar formalin dalam darah justru sangat kecil.
Asam format dimetabolisir secara lambat sehingga pada umumnya akan terakumulasi didalam tubuh melenihi kemampuan tubuh untuk mendetoksifikasinya.

Terdapat varian signifikanpada manusia mengenai dosis toksik maupun dosis letal (yang menyebabkan kematian) akibat metanol. Sebuah studi menyebutkan bahwa dosis letal minimal adalah berkisar 300-100 mg/kg berat badan.
Ada lagi yang menyebutkan bahwa dosis letal akibat minum metanol adalah 15ml metanol 40%. Ada lagi yang melaporkan dosis letal sebesar 500ml metanol 40%.
Minum sedikitnya 4-10ml metanol dapat menyebabkan kebutaan permanen.

Adapun tahapan kejadian efek toksik metanoldapat dijelaskan sebagai berikut :

Fase pertama adalah penekanan pada sistem saraf pusat. Peristiwa ini terjadi dalam waktu 30 menit hingga 2 jam. Dengan durasi yang bisa lebih pendek dari pada paparan etanol.

Fase kedua adalah fase laten tanpa gejala. Pada tahap ini gejala belum muncul walaypun sifarnya bervariasi antar orang, tergantung dari kemampuan hati untuk mendetoksifikasinya.

Fase ketiga adalah fasi terjadinya asidosis metabolik dengan terbentuknya dan terakumulasinya asam format dalam tubuh. Gejala awal umumnya terjadi dalam
12-24 jam setelah paparan. Interval antara paparan dengan munculnya gejala tergantung kepada volume metanol yang terpaparkan. Pasien mulai merasakan pusing, mual, muntah, dan nyeri ulu hati. Pada keadaan yang lebih berat bisa
terjadi kejang, pendarahaan pada pankreas, koma dan terjadi kematian.

Fase keempat atau fase terakhir adalah kebutaan. Kebutaan akibat metanol telah dilaporkan kejadiaannya sehak tahun 1910.
Jika pasien masih bertahan setelah mengalami asidosis metabolik, maka tahap
selanjutnya adalah munculnya gangguan visual yang dapat terjadi dalam waktu
12-48 jam setelah paparan metanol. Asam format yang terakumulasi di dalam saraf mata menyebabkan cedera pada retina mata dan juga menghambat metabolisme normal pada sel saraf optik (mata) sehingga menyebabkan gejala bvisual seperti tidak tahan cahaya (fotofobia) pandangan kabur, sampai pada kebutaan.

Apa yang hatus dilakukann jika terkena paparan metanol ?

Petama, tentu harus memberishkan diri dari paparan. Jika terkena pada kulit segera cuci daerah yang terkena dengan air hangat dan sabun sedikitnya selama 10-15 menit.

Jika terkena paparan metanol pada mata, maka cuci mata dengan cairan pencuci mata yang umum digunakan.

Jika terhirup atau tertelan, segera minta bantuan kesehatan dari dokter untuk
dilakuakn usaha-usaha detoksifikasi dan pengatasan gejala toksisitas. Beberapa cara detoksikasi metanol dan pengatasan gejala toksik antar lain adalah :

1. Pemberian pekak atau bilas lambung, ini hanya akan berguna jika paparan masih dalam waktu 2 jam.

2. Kejangnya bisa diatasi dengan pemberian fenitoin (250mg IV dalam 5 menit)

3. Pemberian etanol sebagai antidot diberikan secara intravena sebagai larutan etanol 10% solution dalam 5% dextrose. Dosisi muatan (awal) 0.6g/kg perlu diberikan, diikuti dengan dosis 0.07g/kg/jam secara intravena untuk yang bukan peminum alkohol. Untuk peminim alkohol (etanol) perl diberi dosis 0.16g/kg/jam.  Etanol memiliki afinitas (kemampuan mengikat enzim alkohol dehidrogenase 10-20 kali lebih kuat dibandingkan metanol sehingga mengurangi pembentukan asam format sebagai hasil metabolisme metanol.

4. Dilakukan hemodialisa (cuci darah) untuk mengeluarkan sisa metanol maupun metabolitmya dari dalam tubuh. Pada keadaan ini, etanol tetap diberikan.

5. Obat lain yang dapat diberikan adalah 4-methylpyrazole (10-0mg/kg/d orally0 yang merupakan inhibitor alcohol dehydrogenase.

6. Metabolik asidosisnya perlu dikoreksi menggunakan pemberian sodium bikarbonat (NaHCO3) secara intravena.

Demikian sedikit papatran tentang toksinitas metanol. Metanol jauh lebih taksik daripada etanol dan sebaiknya dihindari dalam pengguaan minuman beralkohol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar