Minggu, 22 Februari 2009

Kenapa Harus Gay

Kenapa cih harus menjadi gay ?

Kenapa banyak sekali cowok-cowok yang keliatannya cakep dan good looking harus menjadi gay ?

Bukannya mereka lebih mudah mendapatkan cewek yang mereka mau ?

Kenapa ?

Apa ada yang kurang ? Dari penelitian ku dan survai, hasil yang aku dapatkan mereka semua berawal dari sakit hati dan tidak percaya dengan cewek lagi ? Tapi, apakah akan semakin banyak lagi ? Pertanyaan terakhir sering terlontar dari sebagian orang yang mungkin mereka merasa jijik dengan semua ini ? Bukannya kita harus bisa saling menghormati ?

Tapi mengapa mereka harus memilih jalan hidup sebagai seorang gay ?

Terkadang aku miris dengan semua yang mereka alami, banyak dari mereka yang mulai dari ajang coba-coba. Aku sendiri juga kadang bersalah dengan diriku sendiri karena aku juga berawal dengan coba-coba tapi aku kan berusaha untuk kembali pada kehidupan normalku. Yang bukan sebagai kaum gay. Semua butuh proses wqalau sekarang ini aku belum bisa seutuhnya kembali pada konormalan tapi aku kan berusaha untuk seperti kebanyakan orang. Jengah juga lama-lama mendengar kata-kata orang yang terkadang membuat sakit hati tapi itu pertama dulu, sekarang sudah berubah 180 derajat dari kebiasaan. Apalah arti kata-kata orang sedangkan mereka belum tentu tahu makna dari semua kata-kata yang mereka ucapkan tersebut.

Kehidupan ini memanglah sebuah pilihan dan terkadang pilihan tersebut sangatlah kejam serta membuat sebuah aib. Tetapi semua itu tergantung dari kita bagaimana untuk dapat memilihnya sesuai dengan fakta yang harus kita alami.

Belum tentu juga dari semua cowok cakep dan good looking itu gay, hanya ada 6 dianatar 10 cowok. Tapi ini sebuah fakta bahwa penyimpangan seksualitas di Jogja amatlah tinggi raata-rata dalam satu malam bisa terjadi sekitar 40 transaksi penyimpangan seksualitas. Dari yang hanya coba-coba sampai yang dengan sengaja melacurkan diri dengan alasan kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik.

Bisa dibayangkan jika dalam satu malam terjadi 40 transaksi, bila dalam satu bulan sudah berapa banyakkah penyimpangan tersebut ? ?

Fakta yang sunggu membuat kita miris, walau mungkin belum seheboh Jakarta karna aku belum pernah melakukan survai disana. Hanya tuntutan tugas sebagai seorang penyiar yang saat itu memang dikirim ke Jakarta. Hanya untuk menunaikan tugas semata.

Karna jika selama 2 minggu aku disana, aku menyempatkan untuk melakukan survai hasil yang aku dapatkan belum tentu valid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar