Minggu, 10 Mei 2009

Catatan Perjalanan 3

Aku mulai bimbang dengan semua ini. Dimana aku dihadapkan dengan banyak persoalan yang pelik dan banyak sekali pilihan yang harus aku pilih. Apakah aku akan terus mencari saudaraku yang ada di Bekasi atau aku pulag saja dan pergi ke Bandung ? Aku bimbang diantara pilihan tersebut. Yach lemah abang yang menjadi saksi dikolong jembatan yang nenjadikan aku begini. Setelah aku meninggalkan kostnya aku tidak tahu harus kemana. Malam mulai menyerbu dan meninggalkan dingin yang menusuk tulang ini. Aku berjalan samapai kolong jembatan layang lagi. Rasa letih ini yang membuatku untuk tertidur pulas dibawqahnya. Diantara keramaian malam. Daripada dipaksakan tidak tidur mending tidur dengan apa adanya. Beralaskan sebuah jaket tebal yang menempel di tubuhku untuk mengusir dingin yang menyergap. Aku berbaring dan mulai terlelap bersama dengan berberapa orang yang masih berlalu lalang di dinginnya malam. Aku tidak akan memaksakan badanku. Aku tetap harus beristirahat walau hanya sebentar. Disana keesokan paginya banayak menyisakan debu dan kotoran asap kendara yag menempel di wajahku. Aku terpaksa disini tapi aku bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan aku sebuah pengajaran agar aku dapat lebih persiapan lagi denagn apa yang akan aku jalani lagi dan dengan keputusan-keputusan yang lainnya. Aku bahagian dengan apa yang aku alami sekarang ini. Aku dapat belajar banyak dengan perjalananku ini. Aku ingin menyampaikan terima kasih sebelumnya untuk kak Vebry yang sudah menemanku jalan-jalan dari siang sampai malam. Aku bahagia dengan semua yang telah diberikannya. Aku sangat senang walau ternyata dia menyimpang. Aku tidak peduli apakah dia menyimpang taau normal. Aku tidak butuh itu. Yang aku butuhkan hanyalah seorang teman. Aku tidak peduli dari mana dia berasal. Aku tidak akan membuat tulisan yang terlalu banyak memandang negatip orang sakit. Aku tidak akan lagi hanya aku akan menunggu suatu saat dimana aku mulai akan memberanikan diri. Akupun berjalan menyusuri hitamnya langit ditepia jalan bebas hambatan yang sangat sepi. Mungkin malam hingga hanya beberapa truk pengangkutr pasir saja yang lewat. Aku berjalan bermeter-meter hanya untuk mendapatkan kehormatan, kehormatan sebagai seoarng pengelana. Semoga tuhan memberikan yang terbaik untuk kak Vebry dan kedamaian selalu ada pada dirinya. Aku hanya dapat berdoa untuknya . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar