Selasa, 11 Agustus 2009

Sildenafil Sitrat sebagai Obat Kuat

BERDASARKAN hasil pengawasan terhadap sediaan obat tradisional dan suplemen makanan yang beredar di pasaran melalui sampling dan pengujian laboratorium sela-ma tahun 2008 hingga 14 November 2008, Badan Pengawas Obat dan Makanan mengeluarkan Public Warning tentang 22 jenis obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) Sildenafil Sitrat dan Tada-lafil.

Keberadaan BKO dalam sediaan obat tradisional adalah hal yang tidak diper-bolehkan karena jenis obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung BKO Sildenafil Sitrat dan Tadalafil tersebut yang ditarik peredaran terdiri dari 5 produk obat tradisional impor, 14 produk obat tradisional lokal, 1 suplemen makanan impor, dan 2 suplemen makanan lokal.

BBPOM di seluruh daerah telah diperintahkan menarik peredaran 22 item produk obat tradisional dan suplemen makanan yang berkhasiat menambah stamina pria tersebut, karena dapat meye-babkan kematian. Di antara 22 produk yang dibatalkan nomor registrasi BPOM dan merek dagangnya itu, terdapat 4 produk yang diketahui mencantumkan nomor registrasi fiktif.

Dengan demikian adalah perlu bagi kita untuk mengenal tentang profil zat kimia Sildenafi Sitrat yang secara sengaja ditambahkan oleh produsen kepada sediaan obat tradisional dan suplemen makanan tersebut.

Nama dagang Sildenafil Sitrat yang ada dipasaran adalah dengan nama tertentu. Sildenafil sitrat merupakan bahan aktif pertama yang digunakan sebagai terapi gangguan ereksi peroral

Sildenafil sitrat berupa serbuk kristalin berwarna putih sampai keputihan dengan kelarutan 3,5 mg/ml dalam air . Pada sediaan obat tersebut sildenafil sitrat diformulasi sebagai tablet salut film berbentuk diamon berwarna biru yang mengandung 25 mg, 50mg dan 100 mg sildenafil sitrat untuk pemakaian peroral. Bahan pembantu yang digunakan dalam formulasi meliputi selulosa mikrokristal, kalsium difosfat anhidrat, croscarmellose sodium, Mg stearat, HPMC, titandioksida, laktosa, triacetin dan pewarna FD &C #2 aluminium lake.

Mekanisme kerja Sildenafil sitrat adalah dengan penghambat selektif terhadap enzim fosfodiesterase tipe 5 yang spesifik terhadap cGMP (PDE5).
Selama proses perang-sangan seksual dibebaskan NO dalam corpus caverno-sum (jaringan ereksi) yang meningkatkan jumlah cGMP. Peningkatan cGMP mengha-silkan pelemasan secara perlahan otot yang ada dalam corpus cavernosum yang memungkinkan aliran darah ke dalam corpus cavernosum tersebut dan terjadinya ereksi. Keberadaan PDE5 akan merusak cGMP.

Dengan menghambat fungsi dari PDE5, maka sildenafil memperlama aktivitas cGMP dan memungkinkan ereksi terjadi pada saat diberikannya rangsangan seksual.

Sildenafil sitrat diabsorpsi secara cepat. Tmax (waktu maksimum) tercapai antara 30 sampai 120 menit (median 60 menit) pada kondisi puasa. Pada kondisi dimana pasien mengkonsumsi makanan berlemak tinggi kecepatan absorpsi menurun dengan rata-rata penundaan Tmax 60 menit dan penurunan Cmax (konsentrasi maksimum) sebesar 29 persen.

Konsentrasi metabolit dalam plasma mencapai 40persen dari yang terukur sehingga metabolit menyumbang sekitar 20 persen dari efek farmakologi total sildenafil. Sesudah diberikan secara oral maupun intravena sildenafil sebagian besar diekskresi melalui feses (80 persen) dan sejumlah kecil ke dalam urine (13 persen).

Pada pengguna yang lebih tua (di atas 65 tahun) klirens sildenafil mengalami penu-runan dengan konsentrasi obat bebas dalam plasma 40 persen lebih besar dibandingkan yang terukur pada probandus sehat yang lebih muda (18-45 tahun)

I. Efek Penggunaan Sildenafil Sitrat.

1. 1. Pada Penderita Gagal Ginjal.Pada probandus dengan gagal ginjal ringan (CLcr = 50-80 mL/min) dan gagal ginjal sedang (CLcr = 30-49 mL/min) farmakokinetik sildenafil 50 mg pada pemberian dosis oral tunggal ternyata tidak berubah. Hasil perbandingan meng-gunakan AUC maupun Cmax antara pasien yang mengalami gagal ginjal berat (CLcr = <30 mL/min) terhadap pasien yang tidak mengalami gagal ginjal dengan usia sebanding menunjukkan penurunan klirens sildenafil.


1.2. Pada Penderita Kerusakan Hati.

Pada probandus dengan sirosis hati (Child-Pugh A and B), klirens sildenafil menurun yang ditunjukkan peningkatan AUC (84persen) dan Cmax (47persen) yang dibandingkan dengan probandus sehat berusia sama. Pada usia lebih dari 65 tahun dimana terjadi komplikasi kerusakan hati dan gagal ginjal berat, kadar sildenafil plasma meningkat. Dosis oral awal 25 mg (terkecil) harus diberikan untuk golongan pasien ini.
1.3. Efek Terhadap Respon Ereksi

Pada uji menggunakan 8 orang yang dikontrol dengan plasebo melalui rancangan Double-Blind terhadap pa-sien yang mengalami impotensi organik maupun psikogenik, respon ereksi terha-dap rangsangan seksual yang diberikan diukur dengan RigiScan® yang mengukur kekerasan dan durasi ereksi .
Efek Sildenafil mulai terlihat 60 menit setelah pemberian. Respon ereksi secara umum meningkat dengan kenaikan diosis sildenafil dan konsentrasi plasma sildenafil. Pada suatu studi diketahui bahwa efek ini dapat mencapai lebih dari 4 jam

1. 4. Efek Tekanan Darah

Dosis oral tunggal sildenafil 100 mg pada probandus sehat menunjukkan penu-runan tekanan darah rata-rata yang berkisar 8,4/5,5 mmHg. Penurunan tekanan darah tercatat 1-2 jam setelah pemberian dan tidak berbeda dengan plasebo setelah 8 jam. Efek ini tidak tergantung pada dosis Sildenafil
1.5. Efek Pada Sistem Kardiovaskular

Pemberian Sildenafil dosis oral tunggal sampai dengan 100 mg tidak memberikan perubahan klinis yang bermakna pada EKG probandus pria sehat. Dosis tersebut memberikan penu-runan rata-rata sekitar 10 mmHg dari normal yang mendekati dengan kondisi pasien dengan iskemia yang diberikan 40 mg sildenafil secara intra vena. Pemberian bersama dengan nitrat memberikan efek lebih besar namun relatif tidak menetap.

Pada pemberian dosis oral 100 dan 200 mg terjadi gangguan yang bersifat sementara sistem warna biru/hijau pada penglihatan. Efek ini sejalan dengan peng-hambatan PDE6 yang bekerja pada proses fototransduksi di retina

II. Efek Samping Obat

Pada awal digunakannya sidenafil dilaporkan potensial menyebabkan abnormalitas penglihatan yang meliputi penglihatan kabur, bayangan warna yang berbeda dari sebelumnya, sensitif terhadap cahaya, nyeri pada organ saluran kemih, urine yang keruh atau berdarah, pusing, peningkatan frekuensi berkemih, nyeri pada saat kencing.

Efek samping yang lebih serius dilaporkan terjadi dari hasil post marketing survailance yang meliputi.

Gangguan kardiovaskular serius, meliputi infark miokardial, gagal jantung secara mendadak, aritmia ventrikular, pendarahan cerebrovascular, terjadinya iskemia sementara dan hipertensi dilaporkan terjadi pada penggunaan Sildenafil. Ke-banyakan meski tidak semua pasien telah mempunyai gangguan kardiovaskular sebelumnya. Kebanyakan kasus ini dilaporkan terjadi tidak lama setelah hubungan seksual berlangsung.

Beberapa laporan menye-butkan bahwa efek tersebut terjadi beberapa saat setelah penggunaan sildenafil yang tidak diikuti dengan akitivitas seksual.Kasus yang lain dilaporkan terjadi bebarapa jam sampai beberapa hari setelah penggunaan sildenafil yang diikuti dengan aktivitas seksual.
Terjadinya kecemasan dan gangguan syaraf mendadak .

Terjadinya ereksi berkepanjangan, priapisme (ereksi lebih dari 6 jam disertai rasa nyeri) dan hematuria.

Terjadi diplopia, kehilangan penglihatan secara temporer atau penurunan daya penglihatan, mata kemerahan atau berbercak darah, mata seperti terbakar, mata seperti penuh, peningkatan tekanan intraokular, gangguan pembuluh retinal atau pendarahan, vitreus detachment dan edema macular
Kontra Indikasi Sildenafil sitrat adalah Pasien yang hipersensitif terhadap salah-satu atau beberapa komponen tablet, pasien yang sedang menggunakan organik nitrat(obat jantung), pasien yang mengalami kerusakan hati misalnya karena sirosis, pasien yang mengalami gagal ginjal, pasien yang sedang menggunakan inhibitor P450 3A4 (misalnya eritromisin, simetidin, ketokonazol, itrakonazol, mikonazol, ekonazol) Pasien penderita jantung (infark myocardial, stroke, aritmia, atau penyakit jantung lainnya), hipotensi, hipertensi, dan retinitis pigmentosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar