Minggu, 08 Maret 2009

Ragam Budaya Indonesia

Rating:★★★★★
Category:Other
Di pedalaman hutan-hutan Jambi, Sumatera Selatan dan Riau terdapat suku terasing yang bernama Orang Rimba. Sebutan ini menunjukkan jati diri mereka sebagai etnis yang mengembangkan kebudayaannya, yang tidak bisa lepas dari hutan. Hutan bagi mereka merupakan harta yang tidak ternilai harganya, tempat mereka hidup, beranak-pinak, sumber pangan, sampai pada tempat dilakukannya adat istiadat yang berlaku bagi mereka. Begitupula dengan sungai sebagai sumber air minum dan berbagai fungsi lainnya.



Suku Koroway yang ada di Jayapura khususnya di Distrik Citak Mitak Kabupaten Mappi selama ini tinggal di atas pohon dalam hutan rimba Papua. Mereka membuat rumah tinggal di atas pohon-pohon yang tinggi. Makanan pokoknya sagu dan berburu binatang seperti kuskus, kasuari, burung-burung, babi dan beraneka fauna yang bisa dikonsumsi setelah dimasak dengan cara mereka secara turun-temurun.
Suku Bajau adalah suku bangsa yang tanah asalnya Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau sejak ratusan tahun wilayah Indonesia, yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan menyebar ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur.
Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli Pulau Timor, Atoni Metu propinsi Nusa Tenggara Timur. Karena letaknya yang susah dicapai di tengah pegunungan, desa Boti tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Suku Boti dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan kepercayaan mereka yang disebut Halaika. Mereka percaya pada dua penguasa alam yaitu Uis Pah dan Uis Neno.
Ada sisi lain kehidupan masyarakat di sekitar Batam, seperti di Pulau Rempang dan pesisir yang masih jauh tertinggal baik dari segi ekonomi dan pendidikan. Salah satunya ada kelompok masyarakat terasing yang dikenal dengan suku Utan yang hidup di kawasan Sungai Sadap, Rempang Cate Pulau Rempang. Seluruh warga Suku Utan menghuni gubuk di tengah hutan semak belukar di kawasan Sungai Sadap. Gubuk yang digunakan sebagai tempat tinggal dibuat dari fondasi kayu yang tinggi dan beratap daun kering.
Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat terdapat suku Sasak yang merupakan penduduk asli daerah tersebut. Masyarakat Sasak ini terkenal sangat ramah dan pandai mengerjakan kain tenun ikat. Mereka memiliki suatu kebudayaan unik yang tersendiri, setiap tahunnya dalam sekali waktu pada bulan November atau Desember berlangsung perang ketupat yang dilaksanakan oleh umat Hindu bersama-sama umat Islam, yang bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur kepada sang Pencipta.
Orang Gayo berdiam di Kabupaten Aceh Tengah, sebagian lain di Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Timur, terutama di sekitar Danau Laut Tawar. Tempat bermukim orang Gayo disebut Tanoh Gayo (Tanah Gayo). Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat, terdiri dari : reje, petue, imeum dan sawudere.
Di wilayah Cagar Alam Morowali terdapat suku terasing yang bernama Suku Wana. Kehidupan orang Wana sangat tergantung kepada kearifan lingkungan alam sekeliling mereka. Oleh karena itu mereka sangat mempercayai adanya ruh (spirit) yang menjaga atau memelihara setiap jengkal tanah dan hutan. Agar para penjaga yang memelihara lingkungan tidak murka, mereka lantas memberi persembahan atau disebut “kapongo”. Perlengkapan kapongo terdiri atas sirih, pinang, kapur dan tembakau yang diletakkan pada sebuah “rumah” yang tingginya sekitar 40-50 cm dari permukaan tanah.
Suku Sekak Bangka merupakan suku yang mendiami pesisir sepanjang Pulau Bangka. Ciri khas suku ini adalah mereka masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme dan tinggal di daerah peisir pantai serta mata pencaharian mereka adalah nelayan. Suku Sekak merupakan rumpun bangsa melayu dimana bahasa dan dialek yang digunakan hampir mirip dengan bahasa melayu.
Orang Akit atau orang Akik adalah kelompok sosial yang berdiam di daerah Hutan Panjang dan Kecamatan Rupat di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Sebutan “Akit” diberikan kepada masyarakat ini karena sebagian besar kegiatan hidup mereka berlangsung di atas rumah rakit. Dengan rakit tersebut mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain di pantai laut dan muara sungai. Mereka juga membangun rumah-rumah sederhana di pinggir-pinggir pantai untuk dipergunakan ketika mereka mengerjakan kegiatan di darat.
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir panta dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampong. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri.
Di maluku terdapat salah satu suku bernama Orang Buru yang merupakan penduduk asli Pulau Buru. Orang buru sendiri memiliki beberapa nama-nama keluarga atau yang disebut Noro. Orang Buru memilki senjata khas daerah yang mereka beri nama Senjata geba-geba buru yakni sejenis parang dan tombak. Tombak mereka langsing-langsing dan mudah dilemparkan dengan bentuk mata tombaknya yang menakutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar