Minggu, 08 Maret 2009

Sendiri

Malam yang dingin ini, aku mulai merasakan apa yang mereka rasakan. Dingin, sepi, sunyi sendiri. Yang biasanya aku sangat menyayanginya.

Sepi, sunyi, sendiri, dingin, tanpa adanya suatu kehangatan dari dalam seperti yang aku inginkan. Tak kan ada yang bisa dan menggantikan apa yang telah dia berikan padaku. Memang seorang manusia yang selalu menginginkan sebuah pelampiasan nafsu yang terkadang selalu membuat diri ini tersiksa. Tanpa adanya sebuah pelampiasa.

Sendiri yag terkadag membuata ku tersiksa. Semua yang aku lakukan hanyalah untuk memberikan yang terbaik dalam setiap apa yang kita miliki. Semua resa itu menjadi satu dalam hati ini dan selalu membuatku tersiksa. Tanpa adanya sebuah kesamaan.

Sepi, sunyi, sendiri.

Tanpa seorang yang sangat aku sayangi, aku seperti di dunia ini sendiri. Terkadang aku juga merasakan hal yang berbeda. Tanpa adanya seorang yang ku sayangi, semuanya berubah dengan cepat seperti kilat yang hanya beberapa detik berlalu.

Kesendirianku semakin terasa, detik demi detik berlalu sangat lambat. Lambat sekali. Bagaikan sang jarum enggan berpindah dari angka yang dia senangi.

Sepi, sunyi, sendiri dan dingin pagi ini. Hujan telah membuat hari ini sedikit dingin. Tanah semakin becek, jalan tanpa debu. Hanya ada tetes-tetes air dari kendaraan yang lewat dan membangun suasana dingin, lembab. Sang mentari sepertinya juga telah enggan memberikan sinar hangatnya untuk bumi ini. Tanpa kehadirannya banyak orang yang berkeluh kesah tapi jika sang mentari muncul banyak juga berkeluh kesah karena sang mentari terlalu berlebihan memberikan kehangatannya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar