Senin, 20 April 2009

tentang aku

 Rasa ini semakin membuatku merana, rasa sayang yang hanya adadihatiku. Aku hanya dapat berterima kasih kepada Tuhan yang telah banyak memberikan kepadaku sebuah rasa sayang walau aku tidak dapat merasakan rasa sayang dari seluruh kedua orang tuaku tidaklah penuh dan samapai usiaku duapuluh tahun. Tapi disaat usiaku baru mengijak tiga belas ini, aku sudah tidak dapat merasakan kasih sayang. Aku terpaksa bekerja untuk melupakan semua yang ada, aku menangis jika kau mengingat masa lalu ku yang sangatlah kelam. Aku hanya dapat mengingat dari lembaran-lembaran kertas yang telah aku peuhi dengan coretan yang dapat mengingatkan aku kepada masa lalu ku. Lembaran foto usang yang terpajang di dalam album ungu yang telah usang yang setia menemaniku disaat aku sedih dan kesepian. Pelarianku sekarang hanyalahkepada hal-hal yang dapat membuatku bahagia. Walaupun aku merasakan ini sebuah penyimpangan tapi aku kan memandang ini bukan penyimpangan. Yach, hanyalah sebuah penyimpangan yang terkadang aneh dan sulit untuk untuk dipahami. Aku mancintai sesama.

Rasa ini muncul pertama kali muncul sejak kakak pertamaku menikah dan aku sendiri disini. Sepi. Kedua orang tuakupun mulai tidak memperhatikan aku, semua yang aku lakukan selalu saja didiamkan saja. Tiada peduli. Sampai akhirnya aku pergi meninggalkan rumah dan mencari kebahagiaan sendiri. Orang tuaku selalu memikirkan hanya uang, uang, uang dan uang. Lupa dengan aku yang masih membutuhkan rasa kasih sayang. Akhirnya apa yang aku takutkan terjadi. Orang tuaku bercerai. Aku tidak dapat berbuat apapun. Aku hanya dapat lari, lari dan lari. Semua telah hancur melebur samapai aku hancur dan tenggelam. Aku pun mulai terpuruk dan memasuki dunia pelacuran. Aku terjerat kedalamnya, sampai sekarang.

Aku pernah ketahuan dengan apa yang aku lakukan ini tapi aku tidak mendapatkan hukum dari kedua orang tuaku. Mereka diam seribu bahasa dan hanya diam tanpa sebuah teguran. Aku hanya dikirim ke sebuah pondok pesanter. Bukannya semakin aku berbenah diri, tapi aku semakin hancur dan terlena. Yang sanagt membuat aku terpukul sekarang adalah aku berani untuk mengatakan bahwa aku adalah pecinta sesama yang menurut sebagian orang ini sangat tidak masuk akal. Aku yang pendiam ( dulu kalau sekarang telah berubah ) kini berubah menjadi garang dan tidak seperti yang mereka pikirkan. Entah berapa banyak yang telah menggunakan badanku.

Aku hanya dapat berterimakasih pada mereka yang pernah memberikan rasa sayang padaku walau tubuhku yang harus jadi imbalannya dan aku sendiri juga tidak pernah menyesal untuk melakukan itu. Aku hanya dapat berterima kasih kepada semua. Bagiku uang bukan segalanya. Aku berterima kasih karan aku telah dapat menggunakan dan mendapatkan rasa kasih sayangnya. Orang tuaku memang sudah tidak peduli lagi dengan apa yang aku lakukan. Semua terserah dengan aku. Yang aku lakukan itu sejelek apapun, aku hanya didiamkan saja. Asalakan aku tidak tejerat hukum. Yang menjadikan aku bertanya-tanya dalam hati adalah kenapa semua yang aku lakukan selalu didiamkan dan hanya diperhatikan saja? Semua memang aku yang akan merasakan semua yang aku lakukan. Aku yang menanggung. Tapi apakah begini jka semua telah dibutakan oleh harta?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar